Surabaya (Antara Jatim) - Sejumlah badan usaha milik negara (BUMN) yang bergerak di bisnis pergulaan melaksanakan konsolidasi di Surabaya melalui kegiatan "sharing session", guna berbagi pengalaman dengan BUMN lain seiring imbauan Kementerian BUMN untuk meningkatkan kinerja perusahaan.

"Seluruh BUMN gula yang mengikuti ajang ini antara lain PT Perkebunan Nusantara (PTPN) II, VII, IX, PTPN X, PTPN XI, PTPN XIV, dan PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI). Agenda itu juga diikuti oleh PTPN III sebagai holding BUMN perkebunan serta dari Kementerian BUMN," kata Direktur Utama PT Perkebunan Nusantara (PTPN) X, Subiyono di Surabaya, Jatim, Jumat.

Pada kesempatan itu, ungkap dia, Menteri BUMN, Rini Soemarno hadir langsung untuk memberikan pengarahan ke seluruh jajaran BUMN gula se-Indonesia. Apalagi, Kementerian BUMN telah menunjuk PTPN X sebagai tuan rumah acara tersebut.

"Kami diminta untuk membagi pengalaman melakukan mekanisasi kebun, revitalisasi pabrik gula, dan pemanfaatan produk hilir non-gula berupa bioetanol dari tetes tebu. Ya intinya, Menteri BUMN menginstruksikan kepada seluruh BUMN gula untuk bersinergi dan berbenah meningkatkan produktivitas guna mencapai target swasembada gula pada tiga tahun mendatang," ujarnya.

Untuk itu, jelas dia, para peserta dari seluruh pabrik gula (PG) se-Indonesia diajak mengunjungi kebun mekanisasi PG Watoetoelis dan revitalisasi PG Kremboong di Sidoarjo. Bahkan, melihat kinerja PG Gempolkrep yang terintegrasi dengan pabrik bioetanol di Mojokerto.

"Mekanisasi kebun membuat lebih efisien, bahan baku tebu bisa lebih bagus, bisa memenuhi kualifikasi manis, bersih, segar. Namun, mekanisasi tidak mudah karena mayoritas lahan tebu milik petani, bukan milik PG sehingga perlu sinergi bersama," ucapnya.

Secara total, tambah dia, lahan di lingkungan PTPN X yang telah digarap dengan pendekatan mekanisasi masa tanam 2015/2016 mencapai 5.156,8 hektare. Area itu terdiri atas 2.789,1 hektare lahan tebu dan 2.367,7 hektare lahan tebu rakyat termasuk sebagian di wilayah PG Watoetoelis dan PG Kremboong.

"Mekanisasi terbukti mampu menekan biaya garap. Di PG Watoetoelis misalnya, yakni di Kebun Jedong Cangkring pada musim tanam 2013/2014, HPP gula sebelum penerapan mekanisasi sebesar Rp8.764 per Kilogram tetapi setelah mekanisasi, HPP gula bisa ditekan turun menjadi Rp6.866 per Kilogram," ujarnya.

Selain itu, kata dia, seluruh jajaran BUMN gula se-Indonesia juga melihat hasil revitalisasi PG Kremboong. Di pabrik tersebut, PTPN X melakukan penggantian dari teknologi lama menjadi teknologi generasi terbaru. Khususnya dengan peralatan ketel tekanan tinggi, elektromotor, dan high gravity single curing HG.

"Dengan revitalisasi itu, kinerja PG menjadi efisien, lebih produktif, dan Harga Pokok Produksi (HPP) gulapun bisa ditekan. HPP gula di PG Kremboong pada tahun ini ditargetkan bisa turun menjadi Rp6.525 per Kilogram dari tahun lalu sebesar Rp7.104 per Kilogram," katanya.

Secara rata-rata, lanjut dia, di semua PG milik PTPN X, HPP ditargetkan turun menjadi Rp5.717 per Kilogram dari tahun lalu sebesar Rp6.017 per Kilogram. Bahkan, beberapa pabrik gula yang telah direvitalisasi mencatatkan bahwa HPP-nya bisa turun signifikan. Contoh, di PG Tjoekir (Jombang) HPP turun menjadi Rp5.800 per Kilogram dari sebelumnya Rp9.985 per Kilogram.

"Lalu di PG Djombang Baru turun dari Rp9.700 per Kilogram menjadi Rp6.409 per Kilogram. Dengan HPP yang rendah, profitabilitas bisa terjaga. Petani untung, pabrik juga untung," tukasnya.(*)

Pewarta: Ayu Citra Sukma Rahayu

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015