Tulungagung (Antara Jatim) - Obyek wisata alam berupa air terjun "Grojokan Sewu" yang terletak di pinggiran hutan lindung "Alas Kandung", Desa Tanen, Kecamatan Rejotangan, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur mulai menarik kunjungan wisatawan domestik maupun mancanegara.
Pantauan koresponden Antara di lokasi obyek wisata yang masih alami itu, Jumat, pengunjung masih didominasi wisatawan lokal di seputar Tulungagung maupun luar daerah.
Lokasi air terjun yang dekat dengan pemukiman penduduk membuat wisatawan mudah menjangkau obyek wisata alam yang berjarak sekitar 25 kilometer dari pusat Kota Tulungagung, atau sekitar 30 kilometer dari Kota Blitar ini, hanya dalam waktu 45 menit perjalanan.
"Obyek wisata ini mulai ramai sekitar tiga tahunan terakhir sejak sejumlah wisatawan asal Belgia datang dan menginap di daerah sini untuk sekedar mandi di air terjun Grojokan Sewu," tutur salah seorang pengurus LMDH Kandung Makmur, Santoso (37).
Ia mengakui, aksi jelajah alam dan aktivitas para wisatawan mancanegara itu telah membantu popularitas wisata alam air terjun Grojokan Sewu.
Sejak itu, secara priodik setiap memasuki musim kemarau para pelancong dari Eropa selalu aktif bermain di Desa Tanen.
"Kawasan ini semakin terkenal setelah salah satu televisi swasta nasional menyiarkan obyek wisata air terjun Grojokan Sewu dalam program jelajah alam. Sejak itu, animo pengunjung khususnya wisatawan domestik meningkat tajam," kata Ketua LMDH Kandung Makmur, Makrus.
Sayang, keindahan panorama alam air terjun berundag yang berada di pinggiran kawasan hutan lindung alas kandung tersebut belum dikelola optimal, baik oleh pihak pemerintah daerah maupun perhutani selaku pengelola kawasan hutan.
Menurut Makrus, Perhutani hanya menyerahkan pengelolaan kawasan wisata tersebut melalui LMDH Kandung Makmur untuk selanjutnya dikerjasamakan ke pihak swasta.
"Nota kesepahamannya begitu. Tapi pelaksanaannya agak susah karena tidak mudah mencari investor. Sementara pemkab, saat berkunjung ke sini berdalih tidak ada anggaran," timpal Santoso.
Sebelumnya, sekitar era 1990-an kawasan wisata alas kandung sempat dikembangkan Pemkab Tulungagung dengan menjadikannya sebagai kolam renang dan bumi perkemahan.
Pihak swasta yang saat itu diwakili PT Retjo Pentung, sebuah perusahaan rokok lokal, sempat menawarkan diri untuk berinvestasi dengan membangun kawasan itu sebagai obyek wisata alam, namun ditolak oleh pemda setempat.
Seiring berjalannya waktu, pengelolaan yang tidak kontinyu dari daerah menyebabkan obyek wisata keluarga dan bumi perkemahan itu rusak dan terbengkalai.
Destinasi wisata grojokan sewu kembali populer setelah sejumlah wisatawan asing yang berburu destinasi wisata alami berkunjung ke daerah itu dan menginap selama beberapa hari. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015
Pantauan koresponden Antara di lokasi obyek wisata yang masih alami itu, Jumat, pengunjung masih didominasi wisatawan lokal di seputar Tulungagung maupun luar daerah.
Lokasi air terjun yang dekat dengan pemukiman penduduk membuat wisatawan mudah menjangkau obyek wisata alam yang berjarak sekitar 25 kilometer dari pusat Kota Tulungagung, atau sekitar 30 kilometer dari Kota Blitar ini, hanya dalam waktu 45 menit perjalanan.
"Obyek wisata ini mulai ramai sekitar tiga tahunan terakhir sejak sejumlah wisatawan asal Belgia datang dan menginap di daerah sini untuk sekedar mandi di air terjun Grojokan Sewu," tutur salah seorang pengurus LMDH Kandung Makmur, Santoso (37).
Ia mengakui, aksi jelajah alam dan aktivitas para wisatawan mancanegara itu telah membantu popularitas wisata alam air terjun Grojokan Sewu.
Sejak itu, secara priodik setiap memasuki musim kemarau para pelancong dari Eropa selalu aktif bermain di Desa Tanen.
"Kawasan ini semakin terkenal setelah salah satu televisi swasta nasional menyiarkan obyek wisata air terjun Grojokan Sewu dalam program jelajah alam. Sejak itu, animo pengunjung khususnya wisatawan domestik meningkat tajam," kata Ketua LMDH Kandung Makmur, Makrus.
Sayang, keindahan panorama alam air terjun berundag yang berada di pinggiran kawasan hutan lindung alas kandung tersebut belum dikelola optimal, baik oleh pihak pemerintah daerah maupun perhutani selaku pengelola kawasan hutan.
Menurut Makrus, Perhutani hanya menyerahkan pengelolaan kawasan wisata tersebut melalui LMDH Kandung Makmur untuk selanjutnya dikerjasamakan ke pihak swasta.
"Nota kesepahamannya begitu. Tapi pelaksanaannya agak susah karena tidak mudah mencari investor. Sementara pemkab, saat berkunjung ke sini berdalih tidak ada anggaran," timpal Santoso.
Sebelumnya, sekitar era 1990-an kawasan wisata alas kandung sempat dikembangkan Pemkab Tulungagung dengan menjadikannya sebagai kolam renang dan bumi perkemahan.
Pihak swasta yang saat itu diwakili PT Retjo Pentung, sebuah perusahaan rokok lokal, sempat menawarkan diri untuk berinvestasi dengan membangun kawasan itu sebagai obyek wisata alam, namun ditolak oleh pemda setempat.
Seiring berjalannya waktu, pengelolaan yang tidak kontinyu dari daerah menyebabkan obyek wisata keluarga dan bumi perkemahan itu rusak dan terbengkalai.
Destinasi wisata grojokan sewu kembali populer setelah sejumlah wisatawan asing yang berburu destinasi wisata alami berkunjung ke daerah itu dan menginap selama beberapa hari. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015