Jember (Antara Jatim) - Universitas Jember mengusulkan tokoh Nahdlatul Ulama (NU) asal Kabupaten Jember, Jawa Timur, KH Achmad Siddiq menjadi Pahlawan Nasional karena pemikirannya dalam mengusung Pancasila. Lokakarya penyusunan naskah akademik pengusulan KH Achmad Siddiq sebagai Pahlawan Nasional digelar di Gedung Serbaguna Fakultas Hukum Universitas Jember, Senin. "Peran KH Achmad Siddiq sangat besar dalam mengembangkan Pancasila, sehingga perlahan-lahan bisa diterima oleh organisasi Islam dan beberapa tokoh ulama yang saat itu menentang keras Pancasila," kata Rektor Universitas Jember (Unej) M. Hasan di Fakultas Hukum Unej. Untuk itu, kata dia, Unej memprakarsai usulan tokoh NU kharismatik Jember itu sebagai Pahlawan Nasional dengan menggelar lokakarya penyusunan naskah akademik yang menghadirkan sejumlah tokoh NU. "Dukungan itu juga mengalir dari tokoh-tokoh NU yang hadir saat ini seperti kiai sepuh NU KH Abdul Muchit Muzadi, Pengasuh Pondok Pesantren Tebu Ireng Sholahudin Wahid (Gus Sholah), dan KH Afifudin Muhajir dari Ponpes Salafiyah Syafiiyah Situbondo," katanya. KH Muchit Muzadi mengatakan peranan dan ketokohan KH Achmad Siddiq cukup besar dalam meluruskan Pancasila yang carut marut dengan politik kekuasaan saat itu. "Beliau meletakkan Pancasila sebagai dasar negara dan agama sebagai dasar hidup kita, sehingga beliau mampu meyakinkan tokoh-tokoh NU yang awalnya menolak asas Pancasila dalam forum munas alim ulama NU," paparnya. Muchit mengaku sangat mendukung usulan Unej yang menjadikan KH Achmad Siddiq sebagai pahlawan nasional karena pemikirannya menjadikan Pancasila sebagai asas dasar negara dan Islam sebagai aqidah. Sementara Gus Sholah mengatakan peranan KH Achmad Siddiq sangat besar dalam kehidupan bernegara terutama dalam menjadikan Pancasila sebagai dasar negara dan dasar setiap organisasi kemasyarakatan yang awalnya menentang Pancasila. "NU membuat keputusan menjadikan Pancasila sebagai asas, setelah membaca makalah KH Achmad Siddiq dan diikuti oleh ormas Islam lainnya karena Pancasila memang tepat menjadi dasar negara Indonesia, bukan negara Islam," ucap Pengasuh Ponpes Tebu Ireng itu. Untuk itu, lanjut dia, KH Achmad Siddiq yang memberikan sumbangan pemikiran yang cukup besar bagi bangsa dan negara Indonesia sudah selayaknya mendapat gelar Pahlawan Nasional. Dalam penyusunan naskah akademik pengusulan KH Achmad Siddiq sebagai Pahlawan Nasional melibatkan beberapa dosen dan tokoh masyarakat yakni Dr Nurul Ghufron, Prof Halim Subahar, Afton Ilman Huda, Nur Hasan, Achmad Taufiq, Edy Burhan, Alfian, Sholeh Afifi, dan Ali Badrudin. KH Achmad Siddiq lahir di Kabupaten Jember, 24 Januari 1926 dan wafat pada 23 Januari 1999 dalam usia 64 tahun. Beliau adalah salah satu kader KH Wahid Hasyim yang merupakan putra KH Hasyim Asyari.(*)

Pewarta:

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015