Trenggalek (Antara Jatim) - Sebagian besar nelayan di sekitar Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Prigi, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur terpaksa menghentikan aktivitas melaut untuk sementara waktu karena cuaca buruk. Pewarta Antara di Trenggalek, Kamis, melaporkan sebagian besar kapal nelayan dibiarkan lego jangkar di tiga kolam labuh yang tersedia Pelabuhan Prigi. Sementara tidak melaut, para nelayan dan anak buah kapal seharian dipekerjakan di darat memperbaiki jala/jaring ikan ataupun melakukan perawatan rutin kapal. "Cuaca buruk membuat kondisi di lautan berbahaya karena badai bisa terjadi sewaktu-waktu," kata salah seorang ABK KM Sadewa, Arif Budianta (45) yang saat itu terlihat menambatkan kapal slerek miliknya di tepi kolam Pelabuhan Prigi. Menurut Arif dan putranya Didik, persoalan cuaca ekstrem sebenarnya bukan menjadi persoalan serius bagi nelayan. Ia berdalih kondisi semacam itu sudah menjadi risiko dan biasa dihadapi nelayan yang memang sebagian hidupnya berada di tengah lautan lepas. "Masalahnya itu jika ikannya tidak ada. Kalau memaksa melaut sementara hasilnya minim seperti sekarang, kan rugi. Mendingan bekerja di darat memetik hasil hutan," ujarnya. Arif memperkirakan, musim ikan kembali datang sekitar bulan Juni atau Juli, seiring datangnya musim kering (kemarau). "Saat ini juga ada ikannya, terutama jenis rengis, tongkol dan sebagian layur. Tapi biasanya (tangkapan) tidak banyak sehingga tidak sepadan dengan ongkos operasional melaut," timpal Didik. Saat musim ikan, lanjut keduanya, satu rombongan nelayan bisa memperoleh tangkapan ikan hingga lima ton atau sekitar 500 keranjang besar (@keranjang penuh ikan berbobot sekitar satu kuintal). Ikan hasil tangkapan dari tengah laut kemudian disimpan di dalam geladak kapal pengangkut, sementera satu kapal jenis slerek lain digunakan untuk mengangkut dan menyeret jala besar yang memiliki panjang lebihd ari satu kilometer. "Berbeda dengan masa paceklik seperti sekarang. Sekali melaut, hasilnya paling hanya beberapa kuintal. Padahal ongkos operasional bisa jutaan rupiah sekali berlayar," ujar Darminto, pemerhati masalah kelautan dan produksi perikanan di Trenggalek. (*)

Pewarta:

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015