Oleh Try Reza Essra Jakarta (Antara) - Kerja sama negara-negara Asia dan Afrika perlu lebih diperluas ke bidang pengawasan dan patroli laut untuk mencegah gangguan perdagangan lewat perairan yang semakin berkembang, kata pengamat maritim dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Raja Oloan Saut Gurning ST MSc PhD. "Kerja sama maritim masih sangat terbatas. Kerja samanya masih sebatas investasi atau pendidikan. Kalau boleh ada kerja sama pengawasan atau patroli bersama untuk menjaga wilayah laut, misalnya, di Selat Aden Somalia," katanya saat dihubungi dari Jakarta, Rabu. Dosen Jurusan Teknik Sistem Perkapalan ITS itu menilai wilayah laut merupakan zona penting bagi negara-negara Asia dan Afrika yang lebih mendesak untuk dilakukan kerja sama intens. "Kepentingannya lebih mendesak karena berpotensi mengganggu ekonomi bersama di antara Asia dan Afrika, khususunya perdagangan dengan Eropa," kata lulusan S3 bidang "maritime logistics" Australian Maritime College, University of Tasmania (UTAS), Launceston, Australia. Menurut Saut Gurning, saat ini patroli laut Asia dan Afrika belum terlalu peduli dengan zona laut, dan masih mengandalkan kekuatan NATO untuk pengawasannya. "Perhatian dua kawasan ini harus dipertajam untuk memperkuat perdagangan lewat laut yang semakin efektif. Banyak hal seperti infrastruktur, sumber daya manusia, keselamatan dan keamanan maritim yang bisa dijadikan sebagai objek kerja sama," ujarnya. Selain itu, ia juga menyinggung masalah perbudakan nelayan di wilayah Asia yang dapat diatasi dengan peningkatan sumber daya manusia yang bekerja di sektor itu. "Memang banyak awak kapal yang bekerja di Asia kemampuannya di bawah standar, misalnya, kemampuan Bahasa Inggris dan kompetensi lainnya," ujarnya. Saut Gurning berharap negara-negara Asia dan Afrika juga dapat menjadikan masalah ini sebagai salah satu fokus kerja sama untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di bidang ini.(*)

Pewarta:

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015