Surabaya (Antara Jatim) - Ketua Umum MUI Prof Din Syamsuddin menyarankan ISIS merupakan kelompok ideologi, karena itu ideologi juga harus diperangi dengan ideologi, sehingga ulama (tokoh agama) harus dilibatkan di dalamnya. "Tiga pilar itu masih kurang, karena ISIS itu merupakan perang ideologi. Untuk itu, tiga pilar yang terdiri dari kepala desa, babinsa, dan babinkamtibmas itu perlu ditambah ulama (tokoh agama)," katanya di Surabaya, Jatim, Selasa. Dalam sarasehan "tiga pilar" di Auditorium Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Jatim, yang membahas strategi pencegahan kelompok radikal, anti-Pancasila, dan kriminal, serta kesiapan Pilkada Serentak 2015 itu, Din memuji langkah dalam sinergi "tiga pilar" untuk mewujudkan keamanan. "Tapi, kita harus memahami bahwa ISIS itu merupakan gerakan politik yang membegal agama. Dalam pembacaan saya, mereka mendapatkan persenjataan karena ada skenario global untuk memporakporandakan dunia Islam dengan target untuk meraup potensi energi yang ada," katanya. Menurut Ketua Umum PP Muhammadiyah itu, Indonesia sebagai negara Muslim terbesar di dunia masih patut bersyukur dan tidak seperti kawasan Timur Tengah yang mudah dibuat kacau untuk mencitrakan Islam sebagai teror. "Islam di Indonesia relatif tidak terprovokasi skenario global, karena Islam yang dikembangkan di Indonesia adalah Islam yang moderat, Islam yang bersifat jalan tengah," katanya dalam sarasehan yang dihadiri Kapolda Jatim Irjen Pol Anas Yusuf, Gubernur Jatim Dr Soekarwo, dan Pangdam V/Brawijaya Mayjen TNI Eko Wiratmoko itu. Senada dengan itu, mantan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Irjen Pol (Purn) Ansyaad Mbai menegaskan bahwa ISIS yang dipelesetkan IS (Islamic State) itu justru mencederai Islam, karena seolah-olah Islam itu teror. "PBB sudah menyatakan ISIS itu teror, bahkan 126 pemimpin Muslim se-dunia dalam pertemuan di Maroko pada 19 November 2014 sudah menyatakan ISIS itu bukan Islam, bahkan ISIS itu merupakan musuh nomer satu dari Islam," katanya. Intinya, katanya, gerakan radikal itu hanya klaim atas agama, tapi mereka memiliki dua paham yakni takfiri dan jihad. "Takfiri itu menganggap kelompok lain itu kafir, kalau Alqaeda mengkafirkan Barat, tapi kalau ISIS mengkafirkan semuanya, termasuk sesama Islam," katanya. Oleh karena itu, ia menyarankan ulama harus dimasukkan dalam "tiga pilar" untuk mengantisipasi radikalisme, anti-Pancasila, kriminalitas, dan konflik politik di Jatim, karena kelompok radikal itu perlu diantisipasi dengan sentuhan ideologi. Menanggapi hal itu, Gubernur Jatim Dr Soekarwo yang getol memperkuat "tiga pilar" menyatakan pihaknya memang akan mengembangkan "tiga pilar" dengan melibatkan ulama di dalamnya, mulai dari ulama skala provinsi hingga ulama atau kiai kampung. "Sinergi tiga pilar itu baru saja terbentuk dan baru tiga kali melakukan pertemuan yakni Jombang, Malang, dan Surabaya. Setelah ini, kita akan kembangkan dengan ulama dari tingkat provinsi sampai kiai kampung," katanya. (*)

Pewarta:

Editor : Endang Sukarelawati


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015