Oleh Ikhwan Wahyudi Kendati baru memasuki tahun kedua sejak resmi berdiri pada 2013, ada yang berbeda dengan Sekolah Dasar Islam Terpadu Al-Fath yang berada di Bukit Patanahan, Nagari Sangir, Kecamatan Lubuak Gadang, Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat. Sekolah dasar Islam pertama di Kabupaten Solok Selatan itu memiliki kegiatan khusus bagi orang tua murid yang disebut dengan program "Parenting Day" (Hari Orang Tua Murid). Di lembaga pendidikan yang merupakan komitmen kader PKS untuk pendidikan itu, pihak sekolah melaksanakan pertemuan rutin dengan orang tua siswa sekali dalam sebulan untuk pembekalan dan pelatihan ilmu mendidik anak. "Mulai dari psikolog, pakar pendidikan sengaja kami hadirkan untuk menyampaikan materi tentang pendidikan dan menggunakan pola asuh yang tepat," kata Kepala SD IT Al-Fath Syafwan. Menurut dia, harus ada sinergi yang baik antara sekolah dengan orang tua untuk mewujudkan anak didik yang berkualitas dari sisi pembelajaran serta perilaku. "Jadi bukan hanya anak, orang tua juga perlu belajar bagaimana mendidik anak, karena setiap anak itu hidup pada zaman yang berbeda," kata dia. Awalnya, ia sedikit khawatir dengan program parenting tersebut, karena berdasarkan kebiasaan yang ada di sekolah-sekolah, terutama di Jawa, pertemuan resmi dengan orang tua sepi peminat dan lazimnya dilakukan hanya saat menerima rapor. Namun, di luar dugaan, ternyata para orang tua menyambut baik kegiatan ini, apalagi pihak sekolah mengundang pembicara dari Padang yang memiliki kepakaran di bidangnya. Walhasil, setiap acara pertemuan rutin selalu ramai dan yang paling menarik pada saat sesi diskusi, berbagai pertanyaan seputar pendidikan anak meluncur dari para orang tua kepada narasumber. Selain itu, komunikasi antara sekolah dengan orang tua menjadi lebih intensif terkait perkembangan anak di sekolah dan dapat segera ditindaklanjuti jika ada hal-hal yang perlu dibenahi, lanjut dia. Kini, sekolah yang baru memiliki 64 orang siswa dengan tujuh orang guru tersebut mulai menjadi buah bibir di masyarakat karena program pembinaan terhadap orang tua yang dinilai cukup baik itu. Sejalan dengan itu, Ketua Pembina Yayasan Pendidikan Islam Al-Fath Ali Afrionel selaku pengelola sekolah mengatakan pada awalnya program khusus untuk orang tua murid ini merupakan hasil diskusi dari yayasan dan majelis guru. "Perlu visi yang sama antara sekolah dengan orang tua dalam membentuk anak, apalagi waktu anak bersama orang tua lebih lama dibandingkan dengan di sekolah," ujar dia. Menurut dia, jika apa yang diajarkan di sekolah tidak mendapatkan dukungan dari orang tua di rumah, maka akan sia-sia dan sulit melahirkan karakter yang diinginkan pada anak. "Jangan sampai di sekolah anak diajarkan A tetapi saat di rumah orang tua mengajarkan B sehingga tidak ada visi yang sama," kata dia. Akhirnya disepakati dibuat program khusus pembekalan dan pembinaan bagi orang tua sekali sebulan dengan menghadirkan sejumlah pemateri. Dalam pertemuan itu juga dilakukan konsultasi khusus antara guru dengan orang tua membahas perkembangan anak dari sisi belajar dan perilaku, ucap dia. Dengan demikian jika ada kendala dapat dicarikan solusi sehingga perkembangan anak menjadi lebih baik dari sisi belajar dan perilaku. Misalnya, Nazwir, salah seorang orang tua murid SD IT Al-Fath, menyambut baik program khusus bagi orang tua karena meningkatkan pengetahuan tentang mendidik anak. Pria yang sehari-hari juga berprofesi sebagai guru SMP di Solok Selatan itu mengatakan, selain mendapatkan ilmu baru program parenting, juga menciptakan hubungan yang baik di kalangan orang tua karena silaturahim yang terjalin saat pertemuan. "Saya juga guru di SMP, tapi pendekatan yang dilakukan SD IT Al-Fath beda dalam membangun komunikasi dengan orang tua sehingga perkembangan anak dapat terawasi dengan maksimal", ucap dia. Pendidikan Orangtua Sebelumnya, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan menyampaikan untuk memperbaiki kualitas dan mutu pendidikan di Tanah Air tidak dapat dilakukan secara instan dan butuh dukungan semua pihak. "Semua pihak harus bersabar karena butuh waktu panjang untuk memperbaiki mutu dan kualitas pendidikan, jangan mengharapkan hasil akhir saja," katanya pada Konferensi Kerja Nasional II Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) 2015 di Padang, beberapa waktu lalu. Menurut mantan Rektor Universitas Paramadina tersebut, "kita sering menyebut sistem pendidikan di Finlandia mempesona dan hebat, namun luput memperhatikan bagaimana mereka menyiapkan semua itu sejak 1980-2000 atau 20 tahun yang lalu". "Sementara kita cenderung melihat hasil akhir saja dan tidak mempelajari seperti apa proses panjang yang dilewati," kata dia. Ia mengibaratkan mengubah pendidikan seperti menukar arah sebuah kapal tanker dengan panjang satu kilometer yang membutuhkan ratusan kali memutar kemudi agar arahnya bisa berubah. "Mungkin pada saat kilometer keenam ada penumpang bertanya kepada nakhoda, kapan mau berbelok, dan nakhoda harus menjawab harap bersabar, karena kita sudah di jalur yang benar, pada kilometer ke-10 dari titik putar baru terlihat jelas perubahan arah kapal," ucapnya. Demikian juga dengan pendidikan tidak bisa instan dan harus terus bersabar karena perubahan itu baru akan dirasakan 10-20 tahun ke depan. Ia mengatakan apa yang ada hari ini merupakan produk pendidikan di masa lalu dan apa yang dilakukan pada bidang pendidikan hari ini menentukan masa depan Indonesia mendatang. Anies menilai kalangan pendidik di Tanah Air sering luput memberikan perhatian kepada orang tua siswa, padahal mereka memiliki peran strategis menyukseskan pendidikan. "Sudahkah kita memberikan perhatian yang cukup kepada orang tua siswa, sebelum anak masuk ke dalam sistem pendidikan, yang mendidik mereka adalah para orang tua," katanya. Menurutnya, ketika anak-anak sore hari kembali ke rumah maka yang akan mengembangkan dan membinanya adalah para orang tua. Ia mengajak orang tua untuk mengambil peran, sebab orang tua adalah pendidik paling penting yang selama ini tidak tersiapkan dengan baik. Menurut dia, kualitas anak sangat dipengaruhi oleh asupan nutrisi yang diterima sejak dalam kandungan hingga saat ini. "Ini akan menjadi masalah kalau orang tua tidak diperhatikan, belum lagi cara mendidik yang baik sepulang dari sekolah karena anak lebih banyak menghabiskan waktu di rumah," katanya. Karena itu yang menjadi pertanyaan saat ini sudah sejauh manakah kalangan pendidik memperhatikan orang tua demi melahirkan sinergi dan langkah yang terpadu untuk anak-anak di sekolah dan rumah?. (*)

Pewarta:

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015