Oleh Roy Rosa Bachtiar Jakarta (Antara) - Bank Indonesia (BI) melalui Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Pengawasan Sistem Pembayaran Bank Indonesia Eny Pangabean di Jakarta memaparkan sejumlah tantangan terkait implementasi penggunaan chip dalam kartu ATM Debit. "Ada tiga tantangan yang harus kita antisipasi, yaitu biaya investasi yang cukup besar, waktu implementasi dan distribusi, dan sosialisasi serta edukasi," ujar Eny pada seminar Kesiapan Penerbit Kartu ATM Debit Mengimplementasikan Teknologi Chip, Rabu. Untuk urusan biaya, menurut dia hal tersebut tergantung dari seberapa banyak nasabah dan kartu, serta mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) dari masing-masing bank. Kemudian, untuk mengganti kartu ATM di Indonesia yang berjumlah 108 juta buah tentu membutuhkan waktu yang sangat panjang, baik pada proses pencetakan chip beserta input data, dan juga ketika mendistribusikan kepada masing-masing nasabah. "Harus dipastikan kartu tersebut diterima oleh pemiliknya dengan benar, itu tanggung jawab bank yang bersangkutan. Jika penerimanya salah ditakutkan akan disalahgunakan," tukasnya. Selanjutnya yang tidak kalah penting ialah proses sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat terkait penggantian kartu berteknologi chip tersebut, terutama di daerah terpencil, kata Eny menambahkan. Dia menyampaikan bahwa kartu ATM debit saat ini dianggap sudah kurang aman, karena kerap menjadi target pembobolan dan tindakan kriminal lainnya. "Cara paling efektif untuk mengatasi hal tersebut ialah dengan mengaplikasikan teknologi chip dalam kartu ATM. Sejumlah negara juga sudah menggunakan seperti Jepang, Singapura, Thailand, Malaysia, Australia, dan lainnya," ujar Eny menjelaskan. (*)

Pewarta:

Editor : FAROCHA


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015