Malang (Antara Jatim) - Bupati Malang, Jawa Timur, Rendra Kresna, menyatakan selama triwulan pertama 2015, wilayahnya sudah surplus beras hingga 65 ribu ton lebih dan pada akhir tahun ini ditargetkan mampu menambah surplusnya hingga mencapai 75 ribu ton. Bupati Malang, Rendra Kresna, Selasa berharap dengan surplus beras yang cukup signifikan tersebut, Kabupaten Malang mampu menutup lubang ketahanan pangan sehingga ketika musim paceklik, masyarakat tidak perlu khawatir maupun resah akan ketersediaan bahan pangan, khususnya beras. "Masyarakat tidak perlu khawatir akan ketersediaan bahan pangan di daerah ini, sebab pada saat musim kering pun, kita masih mampu memenuhi kebutuhan pangan kita dari produksi sendiri, bahkan bisa surplus hingga puluhan ribu ton," kata Rendra. Hanya saja, meski cadangan beras di Kabupaten Malang cukup melimpah, harga beras di daerah itu masih cukup mahal, yakni antara Rp11 ribu hingga Rp12 ribu per kilogram untuk beras kualitas medium. Bahkan, juga sudah dilakukan operasi pasar (OP) beras oleh Bulog Sub Divre V Malang bersama Disperindag setempat. Target capaian surplus beras hingga 75 ribu ton itu, kata Rendra, ada kenaikan sebanyak 5 ribu ton dari target dan realisasi tahun lalu yang mencapai 70 ribu ton. "Kita upayakan tahun ini juga terealisasi dan kalau memungkinkan juga bisa lebih dari itu," tegasnya. Sebelumnya Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Kabupaten Malang, Tomie Herawanto, mengakui target tersebut memang cukup tinggi, namun masih realistis karena capaian surplus beras tahun lalu bisa mencapai 70 ribu ton, padahal target yang dipatok hanya sekitar 67 ribu ton. Apalagi, lanjutnya, sekarang sudah semakin banyak petani yang mengaplikasikan pola indeks penanaman tiga kali dalam satu tahun atau IP 300. Selain itu juga ditopang dengan luas lahan pertanian padi yang masih cukup luas, yakni sekitar 46 ribu hektare. Namun demikian, yang menjadi masalah adalah jumlah warga yang menjadikan sektor pertanian sebagai mata pencahariannya dari tahun ke tahun terus menyusut karena mereka beranggapan bekerja di pabrik lebih menguntungkan ketimbang di sawah atau ladang, sebab hasilnya bisa langsung dirasakan dan pekerjaannya lebih mudah serta ringan. Untuk menyiasati semakin menyusutnya jumlah petani, kata Tomie, dalam waktu dekat ini Distanbun akan menjajaki kerja sama dengan TNI. Bentuk kerja sama itu bisa mengikutsertakan para Babinsa turun ke ladang untuk membantu petani serta pemanfaatan lahan milik TNI untuk dioptimalkan menjadi lahan pertanian. Ia mengakui masalah yang dihadapi Distanbun dalam mewujudkan target surplus beras tersebut tidak hanya sebatas pada tenaga atau jumlah petani yang terus menyusut, tapi juga cuaca. Curah hujan yang terlalu tinggi akan merusak tanaman padi. "Kami terus berupaya mensosialisasikan manajemen cuaca bagi petani, yakni ketika musim kemarau, petani menanam varietas padi yang tahan kemarau dan pada saat musim hujan pun juga menanam padi varietas yang tahan terhadap hujan. Dengan demikian, petani tidak perlu resah dengan cuaca karena sudah memahami manajemen cuaca yang ada di Tanah Air," ujarnya. Selain mengandalkan manajemen cuaca dan IP 300, Distanbun Kabupaten Malang juga memberlakukan system rice intensification (SRI) yang sudah diterapkan petani di setiap kecamatan di daerah itu, bahkan di setiap kecamatan paling tidak 100 hektare lahan persawahan sudah menggunakan SRI. Dengan pola SRI, pengelolaan pertanian betul-betul intensif, mulai dari pemilihan benih unggul, penggunaan pupuk berimbang, sistem penanaman dengan menggunakan jajar legowo.(*)

Pewarta:

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015