Trenggalek (Antara Jatim) - Anjloknya jembatan di jalur provinsi, Desa Nglongsor, Kecamatan Tugu, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, Kamis, diduga bukan hanya dipicu peningkatan debit air pada aliran sungai, tetapi juga disebabkan aktivitas penambangan pasir liar di sekitar jembatan. "Bisa jadi begitu. Tak jauh dari jembatan ini memang ada aktivitas penambangan pasir oleh masyarakat," ungkap Camat Tugu, Zahid Isroni kepada Antara di Trenggalek, Kamis. Sekalipun tidak menggunakan mesin diesel, lanjut dia, aktivitas penambangan pasir secara manual itu dilakukan di area dekat jembatan. Menurut Zahid, jarak jembatan dengan lokasi penambangan pasir masyarakat hanya sekitar 100 meter. Hal itu menyebabkan dasar sungai mengalami pendalaman secara terus-menerus akibat pengerukan pasir. Dalam jangka panjang, penggerusan pada dasar sungai semakin meluas hingga area pilar/tiang penyangga jembatan. "Kondisi itu diperparah saat terjadi banjir pada aliran sungai ini. Kuatnya arus menyebabkan fondasi pada pilar kedua dari sisi barat jembatan tergerus dan ambles hingga kedalaman sekitar 130-an centimeter. Beruntung peristiwa yang terjadi sekitar pukul 02.15 WIB itu cepat diketahui warga dan segera dilaporkan ke pihak keamanan setempat. "Akses langsung kami tutup. Lalu lintas, untuk kendaraan roda dua, empat atau lebih yang tidak bermuatan berat kami alihkan ke jalan lingkar yang melintasi Desa Kerjo, tak jauh dari sini," terang Danramil Tugu, Kapten Supriyo ditemui di lokasi kejadian. Jembatan Nglongsor yang ambles dan menyebabkan jalur Trenggalek-Ponorogo harus dialihkan ke jalan alternatif melalui Kecamatan Karangan itu memiliki panjang total sekitar 50 meter, lebar 7,5 meter, dan ketinggian dari dasar sungai sekitar 8 meter. Jembatan tua yang masih menggunakan konstruksi zaman belanda ini memiliki sedikitnya empat pilar penyangga yang terbuat dari tumpukan batu andesit dan adonan semen sehingga membentuk semacam kubus-kubus tanpa rangkaian/anyaman besi sebagai otot. Informasi dari masyarakat menyebut, Jembatan Nglongsor yang ambles itu dibangun sejak 1962. Namun sebagian lain mengatakan pada tahun itu jembatan terakhir direnovasi oleh pemerintah pada zaman kepemimpinan Soekarno. (*)

Pewarta:

Editor : FAROCHA


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015