Tulungagung (Antara Jatim) - Jangan bilang pernah ke Tulungagung jika belum mencicipi lezatnya sate kambing khas daerah ini, salah satu menu kuliner yang masyur seantero "negeri".
Idiom itu mungkin berlebihan bagi mereka yang bukan golongan penggemar sate.
Namun, bagi pecinta kuliner khas Indonesia dengan bahan baku daging kambing ini, mencicipi sate Tulungagung adalah satu hal yang tak boleh dilewatkan manakala berkunjung ke daerah ini.
Selain memang rasanya enak, keistimewaan olahan sate kambing daerah ini ada pada dagingnya yang segar, empuk dan tidak "prengus" (bau khas kambing) setelah dipanggang dengan teknik pengasapan tradisional.
Sate kambing Tulungagung semakin menarik minat banyak pecinta kuliner karena bumbunya yang lezat, berbeda dengan daerah lainnya.
Jika di daerah lain dikenal bumbu kacang untuk campuran sate, di Tulungagung kebanyakan menggunakan bumbu kecap.
Bumbu jenis ini dibuat dengan sederhana menggunakan saus kecap dicampur sedikit petis. Tapi justru kesederhanaan racikan bumbu itu justru membuat sajian sate kambing semakin padu.
Ditambah sedikit irisan bawang merah serta cabai, bagi yang menyukai rasa pedas, citarasa sate terasa semakin kuat.
Hmmm...,sudah kebayang kan enaknya? Satu porsi isi sepuluh tusuk sate dibakar setengah matang, sepiring nasi plus gulai dan segelas kopi atau teh panas, ahayy... dijamin lengkap sudah.
Meminjam istilah anak muda sekarang yang terkadang sedikit "lebay", rasanya seperti "surga-dunia". Wow..., nyam nyam nyammm...! dijamin bakal ketagihan deh.
Anda juga mau coba juga??? Eits, tunggu dulu. Sebelum mencobanya langsung, pahami dulu warung sate mana saja di daerah ini yang memiliki kualitas citarasa seperti dimaksud di atas.
Ada banyak warung sate kambing, namun hanya sedikit yang benar-benar menjadi rujukan pecinta kuliner lintasdaerah. Salah satu warung sate legendaris dan kerap dikunjungi pecinta kuliner adalah Warung Sate Pak Nyoto.
Terletak di depan Bharata Convention Centre jalan WR Supratman, warung sate yang telah berusia 35 tahun lebih ini nyaris tak pernah sepi dari pengunjung.
Pembeli silih berganti datang. Tak hanya dari berbagai pelosok kota/Kabupaten Tulungagung, namun juga menjadi jujugan penggemar makan sate dari daerah-daerah lain, seperti Trenggalek, Blitar, Kediri, hingga Madiun, Jombang dan Malang.
Sebegitu masyurnya, sampai para pecinta kuliner sate dari berbagai daerah ini rela datang ke Tulungagung sekadar untuk menikmati salah satu jenis makanan khas Indonesia yang telah mendunia tersebut.
Para pejabat pemerintahan, baik yang sekadar berkunjung, baru/sedang bertugas, atau bahkan yang telah pindah wilayah nyaris tak pernah absen mencicipi makanan sate Pak Nyoto.
Kapolres Tulungagung, AKBP Bastoni Purnama, misalnya, dalam berbagai kesempatan mengungkapkan kesannya terhadap citarasa kuliner sate kambing khas Tulungagung.
"Siapa sangka, sate Tulungagung ini ternyata sudah sangat terkenal di mana-mana, bahkan hingga Ibu Kota Jakarta maupun luar Jawa," ungkapnya dalam satu kesempatan perbincangan santai dengan Antara.
Rupanya, tak hanya Kapolres Bastoni yang mengagumi kelezatan sate Pak Nyoto yang menjadi barometer sate kambing khas Tulungagung.
Banyak pejabat lain dari dalam maupun luar Tulungagung, bahkan sejumlah artis ibukota yang menyempatkan diri mencicipi lezatnya sate Pak Nyoto atau yang lebih dikenal dengan sebutan Sate Bharata ini.
"Alhamdulillah jika banyak yang cocok dengan masakan sate kami. Kualitas rasa dan teknik pengolahan yang baik dan higienis menjadi standar pelayanan kami terhadap semua pelanggan," ucap Pak Kenyot, begitu Sunyoto atau Nyoto biasa dipanggil oleh pelanggannya.
Ia mengaku tidak memiliki resep khusus dalam menjalankan bisnis sate. Menurut dia, cara masak, irisan daging, cara membakar sate, hingga membuat bumbu kecap dibuat seperti lazimnya penjual sate kambing lain.
Hanya yang membedakan ada pada pilihan kambing dan kesegaran daging yang akan disate. "Tips-nya ya cuma kami selalu pilih kambing yang masih muda dan segar. Lain-lain (cara menyembelih, memasak) saya kira sama saja dengan yang lain," sambungnya merendah.
Namun diakui Pak Nyoto bahwa ia tak pernah menyimpan atau menunda masakan daging kambing yang telah disembelih. Hari itu kambing disembelih, hari itu juga daging wajib habis.
Hal itu dimaksudkan agar kesegaran daging sate yang hendak dibakar tidak hilang. "Mungkin itu yang membuat sate masakan kami terjaga mutu rasanya dan tidak pengur," cetus pria yang telah memasuki usia 65-an tahun ini.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015