Malang (Antara Jatim) - Juara turnamen sepak bola antarsekolah SMA/SMK memperebutkan Piala Coca Cola (PCC) akan mendunia karena mulai tahun ini para pemenangnya diarahkan untuk mengikuti kompetisi skala internasional, yakni Copa Coca Cola yang diseleksi melalui sistem wilayah. "Copa Coca Cola ini merupakan mini turnamen yang penyeleksiannya per wilayah dan pemenang di wilayah nantinya memang diarahkan untuk mengikuti kompetisi internasional. Mudah-mudahan tahun ini sudah ada program yang mengarah ke sana (internasional), sehingga PCC tidak hanya di lingkup nasional saja," kata Media Relations Coca Cola Indonesia, Andrew Hallatu di Malang, Jumat. Ia mengatakan untuk pelaksanaan turnamen PCC berikutnya (2015), proses seleksinya dijadwalkan mulai akhir tahun ini dan mudah-mudahan jangkauan kompetisi atau wilayah tahap seleksinya lebih luas dan pesertanya juga lebih banyak dari tahun lalu. Tahun lalu, katanya, pelajar yang terlibat dalam kompetisi sejak pendaftaran sekitar 32 ribu siswa dengan pertandingan lebih dari 1.600 kali. Kompetisi itu diikuti 1.917 sekolah (SMA dan SMK) di 65 kota di Indonesia, seperti kota-kota di Provinsi Jatim, Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan Selatan, Sumatera Utara serta Jabodetabek. Piala Coca Cola tersebut dimulai tahun 2005 yang terus digulirkan sebagai wujud komitmen untuk menggairahkan semangat juara dan gaya hidup aktif melalui sepak bola. Juara PCC akan mendapatkan trophy bergilir dan uang pembinaan. "Untuk juara 2014 adalah SMKN 13 Malang dan mereka juga berkesempatan mendapatkan pengalaman 'coaching clinic' bersama pelatih Indra Sjafrie," kata Andrew. Lebih lanjut, Andrew mengatakan dirinya cukup memahami betapa pentingnya peran pelatihan dan kompetisi dalam membentuk talenta sepak bola profesional. Oleh karena itu, Coca Cola akan terus berkomitmen untuk menylenggarakan kompetisi yang berkesinambungan dan diharapkan bisa membantu memfasilitasi pembibitan pemain muda Indonesia di masa mendatang. Tim pemenang PCC 2014, SMKN 13 Malang, berkesempatan mendapatkan "training camp" selama dua hari (19-20/2) bersama pelatih Indra Sjafrie di Aji Santoso International Football Academy (Asifa). Sementara Indra Sjafrie mengatakan perkembangan sepak bola ditentukan dari pembinaan usia dini, bukan hanya teknik bermain. Namun, pemain maupun pelatih juga perlu mendapatkan pemahaman tentang bermain sepak bola secara utuh, termasuk menjadikan sepak bola sebagai inspirasi. "Saya ingin pemain bola ini memang benar-benar paham dengan bola bukan karena warisan dari orang tua atau kerabat, bahkan bukan karena mereka suka dengan sepak bola semata. Pemain sepak bola ke depan harus yang benar-benar paham sepak bola, memiliki budaya, etika, kejujuran dan budi pekerti serta mental yang bagus," tandasnya. Selain pemain, katanya, yang wajib mendapatkan coaching clinic adalah pelatih, sebab saat ini tugas yang diemban pelatih dan federasi sangat berat karena dengan negeri yang besar ini, jumlah pelatihnya hanya sekitar 3.000 orang dan hanya sekitar 25 persen yang berkualitas karena sebagian dari pelatih itu berstatus sebagai pengajar PNS, sehingga tidak bisa maksimal. "Berbeda dengan Jepang, negara yang tidak sebesar Indonesia ini, jumlah pelatih sepak bolanya mencapai 61 ribu lebih. Dengan keterbatasan jumlah ini, bagaimana federasi melakukan pelatihan-pelatihan dan coaching clinic bagi pelatih agar kualitasnya bisa ditingkatkan," kata Indra.(*)

Pewarta:

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015