Dili (Antara/Reuters) - Presiden Timor Timur memilih mantan Menteri Kesehatan Rui Araujo menjadi perdana menteri baru negara itu, kata pemerintah pada Selasa. Araujo menggantikan pahlawan kemerdekaan Xanana Gusmao, yang mundur pada pekan lalu untuk memungkinkan angkatan muda memimpin. Xanana, 68, dan partainya CNRT yang berkuasa mengusulkan Araujo, meskipun dokter lulusan Selandia Baru itu dari partai lawan, Fretilin. "Presiden republik ini menerima usul CNRT, partai pemenang pemilihan anggota parlemen lalu, yang mencalonkan Dr Rui Maria Araujo untuk jabatan perdana menteri," kata pernyataan pemerintah. Presiden mengikuti undang-undang dasar dengan berembuk dengan semua partai di Parlemen Nasional dan Dewan Negara. Menurut undang-undang nomor 07 tahun 2007 Timor Timur, masa bakti perdana menteri berakhir dengan pelantikan penggantinya oleh presiden. Araujo diperkirakan dilantik pada pekan ini menjadi Perdana Menteri kelima Timor Timur sejak lepas dari Indonesia pada 2002. "Penunjukan Rui harus mengubah politik Timor dengan mengantarkan masa baru kerja sama lintas partai," kata Cillian Nolan, wakil direktur pusat kajian, Lembaga Pengulasan Kebijakan Kemelut, di Jakarta. "Tantangannya adalah menumbuhkan jenis sama kewenangan dan kemampuan pendahulunya," katanya. Banyak yang percaya Xanana, yang menjadi perdana menteri pada Mei 2007 setelah menjabat presiden pertama, akan mempertahankan pengaruh di pemerintahan, tapi tidak jelas kemungkinan perannya. Timor Timur berjuang mengembangkan perekonomian. Meskipun hasil gas bernilai miliaran dolar (triliunan rupiah), sekitar setengah dari 1,2 juta penduduk negara itu miskin, kata Bank Dunia. Timor Timur mencoba lebih mengembangkan sumber daya alamnya untuk meningkatkan lapangan kerja dan pendapatan pemerintah. Negara itu sedang dalam pembicaraan dengan Woodside Petroleum Australia untuk menyelesaikan sengketa puluhan tahun atas kegiatan Greater Sunrise, yang belum berkembang 40 tahun setelah ladang gas itu ditemukan. Timor Timur masuk wilayah Indonesia pada 1975, setelah Portugal tiba-tiba menarik diri dari jajahannya tiga abad itu dan membiarkan perang saudara. Gabungan empat partai pihak terdesak kemudian meminta bantuan Indonesia. (*)

Pewarta:

Editor : Masuki M. Astro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015