Sumenep (Antara Jatim) - Senin (9/2) pagi, Balai Wartawan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Sumenep, Jawa Timur, terlihat lebih ramai dibanding hari-hari sebelumnya.
Pada pagi hari, sejumlah pengurus PWI Sumenep sudah terlihat berada di balai wartawan di Jalan dr Cipto, Kecamatan Kota.
Maklum, mereka kedatangan sejumlah mahasiswa dari Universitas Wiraraja (Unija) Sumenep yang ingin mengucapkan selamat Hari Pers Nasional (HPN) 2015.
Sejumlah mahasiswa itu datang dengan membawa rangkaian bunga kertas dan menyatakan ingin belajar tentang jurnalistik kepada para pengurus PWI.
Sebelum pulang, tujuh mahasiswa yang ternyata pengelola Radio Komunitas Unija FM itu mewawancarai Ketua PWI Sumenep Moh Rifai tentang makna kemerdekaan pers.
Harapan kepada wartawan sebagai bagian dari refleksi HPN dilontarkan Bupati Sumenep A Busyro Karim.
Pada Senin malam, Busyro dan para pejabat yang tergabung dalam Forum Pimpinan Daerah (Forpimda) Sumenep menghadiri undangan resepsi HPN 2015 yang digagas pengurus PWI setempat.
"Kami meyakini wartawan tentunya sudah paham tentang konfirmasi, tentang cek dan cek ulang sebagai sebuah kewajiban. Kami hanya ingin menyegarkan dan mengingatkan kembali pentingnya konfirmasi melalui momentum HPN 2015," katanya.
Saat itu, Busyro mengingatkan pentingnya konfirmasi dengan berkisah tentang dokter yang mendahulukan tugasnya merawat pasiennya, meskipun anaknya meninggal dunia.
Dalam cerita yang disampaikan Busyro, dokter tersebut agak terlambat mendatangi pasien dan setelah memeriksa pasien, langsung pamit pulang kepada orang tua pasien.
"Sebelum pulang, dokter tersebut sempat berpesan kepada orang tua pasien tentang kondisi pasien masih kategori baik-baik saja dan meminta orang tua pasien bertanya kepada perawat, jika ingin mengetahui hal yang lebih rinci," ujarnya.
Namun, orang tua pasien ternyata tidak terima dengan sikap dokter itu dan akhirnya memberitahukan persoalan tersebut kepada wartawan.
"Keesokannya harinya muncul berita yang tidak mengenakkan tentang dokter itu sebagaimana versi orang tua pasien. Padahal, di sisi lain, dokter tersebut sebenarnya sampai memutuskan tidak menghadiri pemakaman anaknya, karena mendahulukan melayani pasien dan memang terburu-buru pulang ke rumahnya untuk menerima para tamu yang melayat," kata Busyro.
Ia berharap kisah tentang dokter itu tidak terjadi di Sumenep sekaligus meminta wartawan setempat lebih sabar dalam menyikapi setiap informasi yang diperolehnya.
"Kisah dokter itu hanya sebuah cerita. Tolong, jangan ditafsirkan macam-macam. Substansi yang ingin kami sampaikan adalah pentingnya konfirmasi agar berita itu tidak muncul dari satu versi saja," ucapnya.
Konfirmasi kepada para pihak yang terkait dengan berita, kata dia, guna menghindari kesimpangsiuran informasi dan dirugikannya pihak tertentu oleh sebuah berita yang ditulis wartawan.
"Kami berharap wartawan itu dewasa dalam berpikir dan dewasa juga saat bertindak. Sekali lagi, harapan ini kami lontarkan pada momentum HPN bukan dalam rangka ingin membatasi kerja wartawan. Selama ini, kami juga banyak dibantu oleh berita-berita dari wartawan," ucapnya.
Ia juga memahami kondisi wartawan yang "dikejar" dengan batas waktu penulisan berita sebagaimana kebijakan kantornya masing-masing.
"Namun, jangan sampai keterbatasan waktu itu melupakan pentingnya konfirmasi supaya beritanya tidak berat sebelah," katanya.
Dalam kesempatan itu, Busyro juga menyampaikan selamat HPN 2015 serta meminta maaf, jika terdapat kekurangsempurnaan dalam menjalin kemitraan dengan para wartawan.
Sementara Ketua Komisi A DPRD Sumenep Darul Hasyim yang datang pada siang hari untuk mengucapkan selamat HPN 2015 juga menyampaikan sejumlah harapannya pada insan pers.
Legislator dari PDI Perjuangan tersebut menyampaikan masalah kebebasan pers yang harus dioptimalkan oleh jurnalis sendiri untuk memperjuangkan kepentingan publik supaya keberadaannya dirasakan oleh publik.
"Kami tidak ingin menggurui kawan-kawan wartawan. Namun, kemerdekaan pers dari rakyat untuk rakyat hanya bisa direalisasikan dan dijaga oleh jurnalis sendiri. Kami berharap hal itu bisa terwujud," ujarnya.
Darul juga meminta HPN menjadi momentum introspeksi bagi semua jurnalis untuk meningkatkan profesionalismenya.
"Saat ini merupakan era keemasan kawan-kawan jurnalis. Kami hanya ingin marwah profesi pada era keemasan bagi jurnalis ini benar-benar dijaga dan dipelihara secara sungguh-sungguh," katanya.
Apresiasi Positif
Ketua PWI Sumenep Moh Rifai mengucapkan terima kasih dan mengapresiasi positif atas kehadiran dan keinginan dari para tamu dan pejabat yang diundang ke balai PWI.
"Marwah profesi wartawan itu memang harus dijaga oleh wartawan. Kalau bukan wartawan, lantas siapa yang akan menjaganya. Itu wajib bagi anggota PWI," katanya.
Ia menjelaskan, pihaknya telah dan akan terus mendorong anggota PWI Sumenep untuk lebih profesional dalam menjalankan tugas jurnalistiknya.
PWI Sumenep selalu berusaha memanfaatkan program peningkatan profesionalisme yang dilakukan secara rutin dan berkala oleh pengurus PWI Jawa Timur maupun pengurus PWI pusat, dengan cara mengikutsertakan anggotanya dalam kegiatan tersebut.
Selain itu, kata dia, secara internal pula, pengurus dan anggota PWI Sumenep berusaha saling mengingatkan untuk melaksanakan kerja jurnalistik sesuai kode etik jurnalistik.
"Kemerdekaan pers bukan tanpa batas. Ada kode etik jurnalistik yang harus ditaati oleh wartawan. Kode etik jurnalistik itu adalah 'kitab' yang harus menjadi pedoman bagi wartawan dalam menjalankan kerja jurnalistiknya," ujarnya.
Rifai mengatakan, konfirmasi adalah sesuatu yang telah diatur dalam kode etik jurnalistik dan menjadi kewajiban bagi wartawan.
Dalam kode etik jurnalistik, wartawan diatur untuk menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk.
"Berita berimbang hanya akan didapat jika semua pihak mendapat kesempatan sama atau semuanya dikonfirmasi serta dilakukan cek dan cek ulang," ucapnya.
Ia berharap semua elemen masyarakat, termasuk para pejabat pemerintah daerah menghormati wartawan yang ingin melakukan konfirmasi, karena merupakan kewajiban.
"Ini yang harus disadari bersama. Kami selalu dituntut untuk bekerja sesuai kode etik jurnalistik dan konfirmasi adalah bagian dari melaksanakan kode etik jurnalistik. Namun, kondisi riil di lapangan kadang berbeda alias ada yang tak mau dikonfirmasi," paparnya.
Rifai melanjutkan bahwa PWI akan menggelar dialog inspiratif bertema "Raih Cita Setinggi Langit, Yakin Usaha Sampai", pada 23 Februari 2015 sebagai rangkaian kegiatan memperingati HPN.
Pengurus PWI akan menghadirkan dua tokoh nasional asal Sumenep, yakni MH Said Abdullah (anggota DPR RI) dan Achsanul Qosasi (anggota Badan Pemeriksa Keuangan RI) sebagai pembicara dalam dialog inspiratif tersebut.
Dialog yang direncanakan mengundang sekitar 200 siswa dan mahasiswa itu bertujuan memotivasi generasi muda supaya memiliki semangat yang kuat untuk sukses.
"Jangan pernah merasa rendah diri dan tidak mampu, meskipun berada di daerah. Kami sengaja menggagas dialog inspiratif itu supaya keberadaan kami tidak hanya dinilai publik sebagai pencari dan penulis berita saja, akan tetapi juga bisa melakukan kegiatan bermanfaat lainnya bagi kepentingan publik," kata Rifai. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015