Oleh Karel A Polakitan
Manado (Antara) - Kepala Balai Pelayanan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Manado, Sulawesi Utara, Jefry Sigar mengatakan penguasaan bahasa masih menjadi kendala dalam seleksi TKI kerja sama pemerintah dengan pemerintah (G to G).
"Ini (bahasa) masih menjadi kendala utama TKI dari Sulut ketika mengikuti seleksi. Banyak yang gugur tidak bisa mengikuti seleksi lanjutan karena penguasaan bahasa rendah," kata Sigar di Manado, Minggu.
Dia mengatakan peluang bekerja ke Korea Selatan atau Jepang terbuka setiap tahunnya, namun banyak tidak menguasai bahasa negara tujuan penempatan, sehingga banyak pula yang gagal berangkat.
Sebaiknya, menurut dia, setelah selesai menamatkan studi di sekolah kejuruan, calon TKI yang ingin bekerja ke Korea dan Jepang terlebih dahulu menguasai bahasa sehingga memudahkan ketika mengikuti seleksi.
Di samping harus lulus dalam seleksi bahasa, calon TKI juga harus kesehatan prima serta lulus administrasi dan kemampuan kompetensi akademik, kata dia.
Karena itu, kata dia, BP3TKI menjembatani ketidakmampuan berbahasa ini dengan bekerja sama lembaga-lembaga keterampilan berbahasa dengan sekolah-sekolah kejuruan yang ada di daerah ini, walaupun dalam lingkup terbatas.
Harapannya, kata dia, setelah tamat sekolah mereka yang berminat bekerja sebagai TKI memiliki keterampilan atau kemampuan berbahasa.
"Bekerja sebagai TKI sangat prospektif karena selain memiliki keahlian tertentu juga memiliki pengupahan yang lebih baik," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015