Tulungagung (Antara Jatim) - Dinas Peternakan Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur memastikan empat ekor sapi perah yang mengalami kematian mendadak di wilayah Pagerwojo bukan karena virus anthrax, sebagaimana dikhawatirkan sejumlah peternak setempat.      "Hasil laboratorium atas sampel darah sapi yang mati menyatakan negatif anthrax," kata Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Tulungagung, Tatik Handayani, Jumat.      Ia tak merinci detil penyebab kematian empat ekor sapi perah milik sejumlah peternak, hanya dalam tempo sepekan pada akhir Desember 2014 tersebut.      Menurut Tatik, kasus itu murni kematian biasa. "Keterangan pemilik sapi-sapi itu memang sakit," ujarnya. Lanjut Tatik, sesuai dengan standar operasional prosedur atas ternak sapi yang mati dan disinyalir terinfeksi penyakit berbahaya, tidak boleh dilakukan tindakan bedah/pembedahan.  Petugas hanya diperkenankan mengambil darah yang keluar dari dubur, telinga, ataupun mata sapi.  Setelah itu, petugas dan warga harus segera mengubur sapi yang mati mendadak tersebut, setelah terlebih dulu dilakukan penyemprotan menggunakan cairan desinfektan. "Bagaimanapun kami telah mengambil langkah preventif dengan melakukan penyemprotan disinfektan dan pemberian vaksin terhadap sapi lain yang masih hidup namun berpotensi terpapar (tertular)," jelasnya. Sementara, mengantisipasi merebaknya penyakit menular mematikan pada ternak sapi ataupun lainnya, Tatik mengimbau kepada seluruh pedagang dan peternak sapi agar tetap waspada. Salah satunya, lanjut dia, yakni dengan memilih dagangan sapi maupun menjaga kesehatan ternak milik petani sendiri. "Yang jelas kami harus tetap waspada terhadap penyakit sapi dengan tanda tanda yang ada," ujarnya. Diberitakan sebelumnya, sekitar empat ekor sapi perah milik peternak di Desa Segawe, Kecamatan Pagerwojo, Tulungagung ditemukan mati mendadak dengan ciri-ciri dubur, telinga, dan mata mengeluarkan cairan darah. Ciri-ciri itu disebut sama dengan gejala penyakit anthrax. Warga, khususnya peternak sekitar, semakin resah setelah tim penanggulangan penyakit menular dari Dinas Peternakan Tulungagung memerintahkan pembongkaran kuburan sapi yang telah dipendam untuk diambil sampel darah. Sementara menunggu hasil uji laboratorium di Surabaya, Disnak Tulungagung melarang peternak yang sapinya ditemukan mati agar tidak menjual susu sapi hasil perahan ke luar, untuk mencegah risiko penularan saat dikonsumsi. (*)

Pewarta:

Editor : FAROCHA


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015