Madiun (Antara Jatim) - Tingkat hunian sejumlah hotel di Kota Madiun, Jawa Timur, meningkat pada malam pergantian Tahun Baru 2015, namun tidak signifikan, kata Sekretaris Perhimpunan Hotel dan Restoran setempat, Aris Suharno. Aris Suharno, di Madiun, Selasa, mengatakan rata-rata peningkatan okupansi hotel sekitar 30 persen dari total kamar di masing-masing hotel. "Ada peningkatan okupansi, tapi tidak ada lonjakan tinggi. Diperkirakan hanya sekitar 30 persen dari hari biasa," ujar Aris Suharno. Menurut dia, peningkatan yang tidak signifikan tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor di antaranya adalah kenaikan harga BBM dan keberadaan hotel kelas bintang di Kota Madiun. "Ada hotel berbintang yang harga sewa kamarnya bersaing dengan hotel melati. Otomatis para tamu memilih hotel yang bintang," kata dia. Alasan lain adalah tidak adanya objek wisata yang menjadi tujuan di Kota Madiun. Berbeda halnya dengan Magetan yang memiliki objek tujuan wisata Telaga Sarangan. "Kondisi hotel di Kota Madiun berbeda dengan Magetan. Sebagian yang menginap di Kota Madiun hanya transit untuk menuju ke Magetan," katanya. Kondisi yang seperti itu menjadi kesempatan pengelola hotel kelas melati untuk menaikkan harga sewa kamar antara 20 hingga 30 persen. Adapun nominalnya berkisar Rp100 ribu hingga Rp350 ribu. Data PHRI Madiun mencatat, jumlah hotel yang menjadi anggotanya mencapai 25 hotel dengan 1.000 kamar yang disediakan. Kebanyakan hotel-hotel tersebut adalah hotel kelas melati. Ia berharap kepada pengelola hotel untuk memberikan pelayanan terbaik kepada tamunya agar para tamu betah berada di Kota Madiun dan ingin mengulangi kunjungannya kembali. Selain itu, sejumlah acara pergantian tahun yang digelar oleh Pemkot Madiun dan pihak lainnya, kiranya juga mampu menjadi daya penarik warga luar Madiun untuk datang dan menginap di kota setempat. Sehingga menambah okupansi hotel dan wisata kuiner yang ada. (*)

Pewarta:

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014