Blitar (Antara Jatim) - Pemerintah Kabupaten Blitar, Jawa Timur, terus memantau kesehatan keluarga pemilik ternak yang terjangkit antraks di Kecamatan Srengat karena penyakit tersebut bisa menular ke manusia. "Keluarga pemilik ternak juga diperiksa, mengingat penyakit antraks bisa menular pada manusia," kata Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Blitar Mashudi di Blitar, Jumat. Ia mengatakan, kesehatan keluarga pemilik ternak dipantau langsung tim dari Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar. "Bahkan, kami juga langsung meminta agar pemilik tidak tinggal dulu di rumahnya yang lama. Sementara, pemilik lebih baik tinggal di rumah kerabat lain," katanya. Mashudi mengatakan, tim dari Dinas Peternakan Kabupaten Blitar serta dari Provinsi Jatim turun langsung ke lapangan, terutama memantau kesehatan hewan sapi milik Yudiono, warga Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar yang mati mendadak. Tim akan memantau dengan rentang waktu antara 14 sampai 20 hari sejak kematian ternak. Pemantauan itu penting dilakukan, guna mengetahui kondisi kesehatan hewan yang masih sehat di kandang itu, apakah benar sehat atau masih menunjukkan gejala tertular penyakit antraks. Untuk saat ini, pihaknya menerapkan pemantauan yang ketat dan tidak sembarangan orang diizinkan untuk masuk ke dalam kandang. Hanya tim khusus serta petugas yang bertugas mengurusi kandang yang diizinkan masuk, dan itupun harus menggunakan perlengkapan yang steril. Perlengkapan itu di antaranya menggunakan sepatu bot, masker yang harus steril dan tidak boleh dibawa ke luar kandang. Bahkan, baju yang digunakan juga tidak boleh dibawa ke luar kandang, agar tidak menularkan penyakit tersebut. Ia mengatakan, sampai saat ini juga masih melakukan identifikasi, darimana sumber penyakit tersebut. Padahal, Jatim sudah ditegaskan bebas penyakit antraks. Sebelumnya, sebanyak 14 ekor sapi milik Yudiono mati mendadak dengan gejala penyakit menyerupai antraks. Dari sejumlah ternak yang mati, kondisinya memprihatinkan, ada yang kencing darah sampai setengah jam lalu mati, serta ada juga yang tiba-tiba roboh dan muntah darah dari hidung lalu mati. Akibat kejadian itu, ia menderita kerugian sampai ratusan juta. Bahkan, saat ini produksi susu dari ternaknya juga ditolak oleh KUD, sehingga sulit untuk menjual hasil susunya. (*)

Pewarta:

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014