Surabaya (Antara Jatim) - Menyusuri Sungai Mutiara atau Pearl River (Zhujiang) dengan menggunakan kapal wisata pada malam hari di Kota Guangzhou, Provinsi Guangdong, Republik Rakyat Tiongkok (RRT), sungguh menyenangkan. Kilauan lampu di sepanjang sungai semakin mempercantik Kota Guangzhou sebagai Ibu Kota Provinsi Guandong. Banyaknya gedung pencakar langit di sepanjang sungai membuat kota terlihat hidup. Belum lagi sejumlah jembatan yang membentang di atas sungai dengan lampu-lampu indahnya. Di bawah jembatan, kapal-kapal yang sudah dihias lalu lalang menyusuri sungai. "Indah sekali, andai saja Sungai Kalimas di Surabaya dibuat seperti ini. Pasti akan menarik wisatawan," kata salah seorang wisatan dari rombongan perwakilan Pemkot Surabaya, Lukman, saat berkunjung Guangzhou beberapa hari lalu. Ia membayangkan jika kondisi ini seperti halnya ketika naik perahu kayu menyisir sebagian Sungai Kalimas yang membelah Kota Surabaya. Begitu juga Sungai Mutiara juga membelah kota Guangzhou. Hanya saja, lanjut dia, kalau menyisir Sungai Kalimas pada malam hari, tidak bisa melihat pemandangan yang menarik seperti menyisir Sungai Mutiara ini. Menyusuri Sungai Mutiara dengan kapal wisata mewah bertingkat tiga, dimana pada lantai 1 dan 2 ditata ala restoran, sedangkan lantai 3 dibuat terbuka, yang disediakan untuk menikmati udara terbuka dan pemandangan sungai. Dengan membayar harga tiket sebesar 70 Yuan, wisatawan sudah bisa menikmati pelayaran kapal pesiar yang dengan lebih leluasa melihat pemandangan indahnya Kota Guangzhou di malam hari. Kapal wisata ini memiliki struktur tempat duduk yang nyaman untuk bisa menikmati indahnya pemandangan malam di Kota Guangzhou. Saat berlayar, disediakan sajian minuman termasuk teh khas Tiongkok. Tidak hanya itu, jika ingin menikmati sajian lebih, di atas kapal juga tersedia bar kecil. "Ternyata di lantai 3 yang terbuka, lebih romantis karena digunakan untuk pasangan muda-mudi berpacaran. Mereka sambil berfoto-foto dengan latar belakang Canton Tower," kata wisatawan lainnya asal Surabaya yang ikut dalam rombongan, Indri. Perjalananan memakan waktu lebih dari satu jam lebih. Para wistawan diajak menikmati keindahan cahaya lampu dari gedung-gedung, jembatan, pinggiran sungai, kapal wisata yang mondar mandir, termasuk kapal wisata khusus acara pernikahanpun ada. "Indah sekali. Saya iri karena Sungai Kalimas tak bisa diperlakukan seperti ini," kata Wisatawan lainnya, Tedi. Pemandangan kiri dan kanan sungai didominasi oleh gedung-gedung tinggi berlampu kerlap kerlip. Beberapa kali melewati bawah jembatan yang juga berlampu kerlap kerlip. Suatu kali lampunya berwarna merah, kemudian berubah jadi warna biru, kemudian jadi warna orange dan terakhir berwarna warni, begitu terus silih berganti, bikin langit malam penuh warna. "Sungainya lebar dan bersih. Pastinya beda dengan sungai-sungai yang saya temukan selama ini di Indonesia, khususnya Surabaya," ujar Tedi. Pusat Ekonomi Pemandu wisata rombongan Perwakilan Pemkot Surabaya yang juga warga setempat, Owen mengatakan di balik keindahan namanya, Sungai Mutiara merupakan lambang kejayaan perekonomian Tiongkok Selatan. Delta Sungai Mutiara, kawasan ini dikenal sebagai poros penggerak dan mesin ekonomi Tiongkok. Disebut Delta Sungai Mutiara karena di sekitar sungai terdapat kota-kota industri sebagai poros penting penunjang pertumbuhan ekonomi Tiongkok seperempat abad terakhir. "Geliat perekonomian di wilayah selatan terfokus di Delta Sungai Mutiara ini," katanya. Perkembangan yang paling pesat berada di daerah timur Delta Mutiara, yakni di Ghuangzhou, Shenzhen, dan Dongguan. Bahkan, kota-kota itu telah melahirkan kota-kota kecil dengan laju pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat. Sungai Mutiara adalah sungai terbesar di daerah Tiongkok Selatan dan juga sungai terpanjang ketiga di Tiongkok setelah Sungai Yang Tse dan Huang He. Sungai-sungai di Xijiang, Dongjiang, dan Beijing dari arah barat, timur, dan utara mengalir ke muara Sungai Mutiara. Sungai Mutiara tidak panjang. Anak sungainya yang terpanjang, yakni Xijiang juga hanya 2.200 km. Di Delta Sungai Mutiara ini pula, tepatnya di Kota Guangzhou, setahun dua kali rutin digelar arena pekan raya legendaris. Atraksinya masih bertahan hingga kini, bahkan sudah go international, Canton Fair. "Karena itu, Guangzhou juga disebut sebagai jendela Tiongkok untuk area transaksi ekspor-impor," katanya. Secara umum, Guangdong dengan Delta Sungai Mutiaranya menjadi andalan Tiongkok di bidang perekonomian. Provinsi ini paling cepat pertumbuhan ekonominya dibanding provinsi lain. Luas provinsi Guangdong 231 km persegi. Penduduknya sekitar 83 juta orang. Perekonomiannya tumbuh pesat sejak dibukanya kran kebijakan pintu terbuka 27 tahun silam. Bagi warga Guangzhou, Sungai Mutiara sangat bersejarah. Sebab, di tepi sungai ini pertama kali berdiri permukiman pada tahun 214 sebelum Masehi. Permukiman itu lah yang lambat laun menjadi cikal bakal berdirinya Kota Guangzhou. (*)

Pewarta:

Editor : FAROCHA


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014