Oleh Dr Ir Amien Widodo MSi *) Hampir dipastikan begitu memasuki musim hujan, maka akan selalu diikuti angin puting beliung yang selalu melanda seluruh wilayah Indonesia dan selalu jdiikuti robohnya rumah-rumah, pohon, papan reklame, bando, antena TV, bahkan atap SPBU, dan sebagainya. Sampai saat ini, kapan terjadinya angin dan akan lewat mana sulit diprediksi, Sementara ini angin dianggap given, oleh karenanya untuk upaya antisipasi maka kalau di suatu daerah, pernah dilewati angin kencang maka kita harus waspada dan siap siaga menyambut datangnya angin yang sama di musim berikutnya. Walau begitu kita bisa melihat tanda tanda yang khas akan terjadinya angin puting beliung, seperti adanya awan cumulus nimbus berwarna gelap, diikuti angin dingin, ada angin berputar (lesus) dan ada angin yang menjulur ke bawah. Kerusakan, kerugian dan korban sudah berjatuhan selama ini, tapi kenapa angin puting beliung ini masih menjadi bencana, padahal kejadian ini sudah berulang kali bahkan ribuan kali di Indonesia. Hal ini terjadi karena sebagian besar masyarakat kita (termasuk pemerintah) masih menganggap bangunan atau pohon tumbang itu sebagai takdir, sudah kehendak Allah. Oleh karena sikap itu, kita tidak melakukan berbagai upaya untuk antisisipasi, padahal dengan meneliti dari berbagai kejadian bencana angin ini, kita bisa melakukan pencegahan dan mitigasi untuk mengurangi risiko bencana angin puting beliung. Ada petunjuk yang jelas saat angin menerjang yaitu tidak semua bangunan dan atau pohon roboh, ada bangunan dan pohon yang masih kokoh berdiri. Ini mengindikasikan bahwa bangunan dan pohon yang roboh BERMASALAH. Belajar dari pohon tumbang di Surabaya dan sekitarnya dalam beberapa tahun terakhir, menunjukkan bahwa sebagian besar pohon tumbang karena diameter batang > 50 cm dan akar pohon lebih banyak tumbuh ke arah samping. Akar tumbuh kesamping ini karena:. (1) pohon ditanam asal asalan tidak dibuat lubang menembus lapisan tanah keras (sirtu.urugan) terlebih dahulu sehingga akar tidak bisa menembus ke bawah. (2) pohon yang ditanam bukan biji tapi batang stek sehingga tidak punya akar tunjang. (3) akar tidak mau tumbuh ke bawah karena air tanahnya dangkal dan asin. (4) karena kondisi tanahnya sangat lunak saat tergenang air sehingga pohon tidak bisa tertumpu dengan baik. Ada beberapa kasus pohon tumbang dikarenakan pohon sudah tua yang ditandai dengan sudah tidak tumbuh lagi, keropos di bagian tengahnya dan batangnya mulai mengering serta sudah dimakan "ngenget". Juga dikarenakan rerimbunan daun atau kanopi pohon terlalu lebar. Waktunya Memeriksa Untuk itu kepada pihak yang berwenang memelihara pohon, mulailah melakukan pemeriksaan terhadap pohon pohon KHUSUSNYA pohon yang ada di tempat umum dan bila tumbang membahayakan aktivitas manusia dan properti, seperti di pinggir jalan, di taman, di tempat parkir, di tempat wisata hutan, dan sebagainya. Tapi kalau pohon itu ada di hutan yang tidak ada aktivitas manusia ya biarkan saja roboh dengan sendirinya. Kalau sekiranya pohon itu sudah tidak layak mestinya segera dirobohkan dan diganti yang baru. Jangan menunggu dirobohkan oleh angin sehingga robohnya bisa membahayakan manusia dan aktivitasnya. Demikian pula bagi pihak yang berwenang terhadap papan reklame, bando, antena TV, bahkan atap SPBU, dan sebagainya, waktunya juga diperiksa apakah mur bautnya masih kenceng, apakah sudah ada yang retak dan berkarat. Seandainya sudah tidak bisa diperbaiki sebaiknya dibongkar saja agar tidak roboh dan menimbulkan kerusakan serta jatuh korban. Bagi masyarakat yang bermukim di sekitar bangunan tegakan dan atau pohon diharapkan ikut aktif mengamati dan segera melaporkan ke pihak yang berwenang sehingga bisa segera ditindaklanjuti. Kerja sama masyarakat sangat dibutuhkan mengingat masyarakat ada di garda depan yang melihat langsung dan yang bisa terkena langsung. Pihak yang berwenang (pemerintah) mestinya segera menindak lanjuti laporan masyarakat. (*) ----------- *) Penulis adalah akar geologi ITS dan Ketua Pusat Studi Kebumian, Bencana, dan Perubahan Iklim (PSKBPI) ITS Surabaya.

Pewarta:

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014