Malang (Antara Jatim) - General Manager Unit Pembangkitan Brantas, Wisrawan Wahyu Wibowo, menyatakan elevasi (tinggi muka air dari permukaan laut) di Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Selorejo, Ngantang, Kabupaten Malang kian turun.
"Penurunan itu dikarenakan musim kemarau di Jawa Timur yang berlangsung lama sehingga terjadi penyusutan air di Bendungan Selorejo," kata Wisrawan ditemui saat Press Gathering Kelompok Kerja Wartawan PLN, di PLTA Selorejo, Malang, Minggu.
Pada masa sekarang, ungkap dia, kondisi elevasi berada di level 605 duga muka air (meter) dibandingkan standardisasi elevasi sebesar 610 meter. Akibat penurunan itu maka air yang menjadi sumber utama penggerak turbin semakin minim.
"Jika elevasi ini tetap di posisi 605, kami khawatir ada sedimen yang masuk turbin dan bisa merusak alat ini. Kalau tidak ada air bulan ini, kami khawatir tidak ada listrik," ujarnya.
Namun pihaknya bersyukur karena beberapa hari terakhir hujan sudah mulai turun di kawasan PLTA Selorejo. Dengan begitu, diharapkan bisa menambah level elevasi ke posisi ideal.
"Sementara itu, saat ini secara keseluruhan total kapasitas terpasang di UP Brantas yang mencapai 291 MegaWatt (MW) dari 13 PLTA yang beroperasional," katanya.
Dari jumlah itu, tambah dia, kontribusi terbesar disumbang oleh PLTA Sutami yakni 3x35 MW. Kemudian, PLTA Wlingi 2x27 MW, Tulungagung 2x18 MW, dan Sengguruh 2x14,5 MW.
"Untuk PLTA Selorejo memiliki kapasitas terpasang 4,5 MW," katanya.
Guna menghasilkan 4,5 MW maka beban maksimum air yang diperlukan mencapai sebanyak 14,5 meter kubik per detik. Akan tetapi pada masa kini hanya mencapai 2,2 MW sehingga kebutuhan air sebesar 8,6 meter kubik per detik.
"Walau begitu, kami tidak terlalu bingung karena hal itu," katanya.
Apalagi, lanjut dia, kebutuhan listrik di Jawa Bali memang interkoneksi. Oleh sebab itu ketika ada kekurangan maka energi tersebut bisa dipasok dari pembangkit di daerah lain. Meski demikian diharapkan kekurangan tersebut tidak menjadi defisit.
"Untuk itu kami melakukan serangkaian upaya. Seperti berkordinasi dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG)," katanya
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014