Bojonegoro (Antara Jatim) - Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Bengawan Solo di Bojonegoro menyatakan para petani di daerah hilir Jawa Timur, kesulitan memperoleh air Bengawan Solo, disebabkan debitnya menyusut drastis. "Para petani di daerah hilir Jatim, seperti Bojonegoro, Tuban dan Lamongan, mulai mengeluh kesulitan memperoleh air Bengawan Solo, sebab debitnya mengecil di musim kemarau ini," kata Kasi Operasi UPT Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Bengawan Solo di Bojonegoro Mucharom, dKamis. Menurut dia, pihaknya tidak bisa berbuat banyak, sebab pengeluaran air Bengawan Solo, yang melalui pintu Bendung Gerak, di Desa Ngringinrejo, Kecamatan Kalitidu, Bojonegoro, ditangani Balai Besar Bengawan Solo di Solo, Jawa Tengah. "Balai Besar Bengawan Solo telah meningkatkan debit air Bengawan Solo di Bendung Gerak, setelah memperoleh protes dari petani di daerah hilir Jatim, pekan lalu," jelasnya. Di daerah hilir Jatim, katanya, tanaman padi musim kemarau di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) Bengawan Solo, cukup luas, yang semuanya mengandalkan air Bengawan Solo. Para petani, lanjutnya, memanfaatkan mesin untuk mengambil air Bengawan Solo, yang kemudian dimanfaatkan untuk mengairi tanaman padinya. "Saat ini kami sedang menggelar rapat dengan Himpunan Petani Pemakai Air (HIPPA) di Tuban, untuk mengetahui sejauh mana kesulitan para petani dalam memperoleh air Bengawan Solo," jelasnya. Menjawab pertanyaan, ia menyatakan tidak tahu berapa persisnya debit air yang keluar dari pintu Bendung Gerak di Bojonegoro, yang mengairi Bengawan Solo di daerah hilirnya, Tuban dan Lamongan. "Yang jelas permasalahan kesulitan air yang dialami para petani di daerah hilir akan kami sampaikan kepada Balai Besar Bengawan Solo di Solo, sebagai acuan dalam mengoperasionalkan pengeluaran air Bendung Gerak," paparnya. Dimintai konfirmasi, Wakil Ketua Himpunan Petani Pemakai Air (HIPPA) Karangtinoto, di Desa Karangtinoto, Kecamatan Rengel, Tuban Sukacip, menjelaskan para petani di desanya mulai kesulitan memperoleh air Bengawan Solo, sejak dua pekan terakhir. Ia menyebutkan di desanya ada tanaman padi seluas 326 hektare, dengan usia berkisar 40-50 hari, yang mengandalkan air Bengawan Solo. "Petani yang menjadi anggota kami terpaksa harus berjaga malam hari agar memperoleh air Bengawan Solo, sebab kalau siang hari airnya tidak bisa disedot," ujarnya. (*)

Pewarta:

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014