Surabaya (Antara Jatim) - Wakil Gubernur Jawa Timur Saifulah Yusuf menyatakan salah satu cara untuk memutus rantai kemiskinan adalah melalui pendidikan, karena dengan pendidikan yang cukup, kesempatan untuk mengubah nasib menjadi lebih besar. "Pendidikan bagi masyarakat daerah tertinggal harus dipenuhi, sebab jika tidak dipenuhi akan menciptakan orang miskin. Contohnya ada orang miskin punya anak miskin, menikah dengan menantu miskin, kemudian punya cucu miskin, dan seterusnya," katanya saat menjadi pembicara dalam Temu Administrator Muda Indonesia (ADMI) 2014 Universitas Negeri Surabaya, Surabaya. Ia mengatakan, untuk menghindari kemiskinan memang tidak ada pilihan lain kecuali dengan pembangunan pendidikan supaya bisa memutus rantai kemiskinan. "Kesadaran akan pembangunan pendidikan juga disadari oleh berbagai negara di dunia, bahkan ada yang berani mengeluarkan kebijakan ekstrem untuk berperang melawan kemiskinan melalui pembangunan pendidikan," katanya. Ia mengatakan, saat ini banyak negara yang melakukan pola pendidikan dengan sangat ekstrem. Contohnya Malaysia pada 1974 yang berani menggelontorkan dana besar-besaran untuk menyekolahkan anak-anak di kampung. "Ratusan ribu anak dikeluarkan dari kampungnya untuk disekolahkan. Dua puluh tahun kemudian, atau hari ini bisa kita saksikan, anak-anak itu menjadi orang yang luar biasa dan menjadikan Malaysia maju seperti saat ini," katanya. Oleh karena itu, dirinya meminta kepada anggota ADMI untuk turut bahu-membahu bersama pemerintah dalam membangun pendidikan di daerah tertinggal. "Kami memiliki sumber daya manusia yang sangat luar biasa, sebagian dari orang-orang luar biasa itu adalah anggota ADMI yang hadir di sini. Pembangunan pendidikan ini penting, apalagi kita mau menghadapi era masyarakat ekonomi ASEAN 2015," katanya. Pihaknya juga meminta kepada ADMI untuk membangun pendidikan daerah tertinggal dengan tujuan untuk mengatasi masalah disparitas atau kesenjangan serta memutus rantai kemiskinan yang biasanya dialami masyarakat di daerah tersebut. "Meski Indonesia mengalami banyak kemajuan di berbagai bidang dan dipuji oleh berbagai negara di dunia karena perekonomiannya tetap stabil di tengah kondisi ekonomi global yang sedang krisis, di sisi lain Indonesia sejatinya masih memiliki problem utama, yakni problem kesenjangan atau disparitas," katanya. Ia mengatakan, Amerika dan Eropa mengalami krisis ekonomi, sedangkan Indonesia tetap stabil pertumbuhan ekonominya. "Tetapi itu bukan berarti tanpa masalah, sebab pertumbuhan ekonomi yang bagus itu belum bisa dinikmati oleh semua masyarakat. Betul pendapatan per kapita kita naik, tetapi yang merasakan kenaikan hanya sebagian masyarakat saja, tidak semua. Bahkan data dari Bank Dunia menyebutkan, masyarakat Indonesia yang kaya makin kaya sedangkan yang miskin bertambah miskin," katanya.(*)

Pewarta:

Editor : Endang Sukarelawati


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014