Sudah di depan mata. Mau tidak mau masyarakat Indonesia harus siap untuk menghadapi pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Sebuah era dari perputaran barang dan jasa dengan mudah masuk dan keluar dari dan ke Indonesia dengan cepat dan mudah. Begitu pula dengan Jawa Timur sebagai provinsi dengan pertumbuhan ekonomi yang cepat di Indonesia Timur. Selama enam bulan terakhir, nilai transaksi usaha kecil dan menengah Jatim dengan negara lain mencapai Rp119 triliun dan angka tersebut diharapkan pada akhir tahun bisa tembus Rp230 triliun. Angka yang cukup tinggi dan harus dipertahankan. Namun, gempuran barang dari luar negeri dalam sekejap mata akan membanjiri pasar di Jawa Timur. Berbagai macam produk dan juga investasi akan masuk dengan cepat di dalam negari. Baru-baru ini Wakil Gubernur Jawa Timur Saifulah Yusuf menyatakan bahwa penjual pisang goreng pun akan datang dari luar negeri dengan menawarkan barang dengan rasa yang enak dan juga harga yang jauh lebih murah. Itu artinya, ancaman akan pelaksanaan MEA ini tidak hanya berlaku bagi pelaku usaha menengah ke atas, melainkan pelaku usaha kecil. Dulu, sekitar dua sampai tiga tahun yang lalu, Indonesia boleh bangga kalau banyak tempat kursus bahasa Indonesia di luar negeri banyak diminati oleh orang asing. Tapi saat ini, semua sudah tahu, kalau salah satu tujuan mengikuti kursus bahasa Indonesia itu untuk menghadapi pelaksanaan MEA. Bahkan Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Wiryanti Sukamdani mengatakan ada tenaga kerja dari luar negeri yang mau bekerja dengan gaji 100 Dollar Amerika setiap bulan. Lagi-lagi sebuah ancaman di saat para buruh menyuarakan upah minimum kabupaten dan kota untuk terus merangsek naik. Bukan tidak mungkin, pada buruh dan masyarakat Jawa Timur ini akan menjadi penonton di negeri sendiri kalau tidak siap untuk berperang dalam pelaksanaan MEA 2015 ini. Untuk menjaga supaya hal itu tidak terjadi, Pemerintah Jawa Timur menyiapkan beberapa "penangkal" supaya masyarakat Jawa Timur tidak menjadi penonton di negeri sendiri. Jatim harus menjadi pemain dan petarung pada MEA 2015 nanti. Salah satu faktor yang bisa membuat Jatim berdaya saing adalah melibatkan anak muda untuk menjadi entrepreneur baru di masa mendatang. Generasi muda memiliki semangat dan inovasi-inovasi baru yang bersifat membangun dan berkembang. Oleh sebab itu, dengan melibatkan anak muda sebagai garda terdepan pembangunan ekonomi sangat penting. Saat ini, posisi Jatim dalam peta ekonomi Indonesia cukup besar. Jatim menguasai sekitar 31,9 persen pasar dalam negeri khususnya Indonesia wilayah timur. Pasar tersebut bsia berkembang menjadi 40-45 persen apabila anak muda di Jatim terus berinovasi memberikan kemampuan terbaik untuk membantu menciptakan masyarakat yang lebih sejahtera. Capaian kinerja yang dicapai Pemprov Jatim merupakan hasil kerja keras pemprov bersama bupati dan wali kota, dan seluruh masyarakat Jatim sudah sangat baik. Salah satu indikasinya dengan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2013 mampu tumbuh 6,55 persen lebih tinggi dari nasional sebesar 5,78 persen, pada semester I tahun 2014 tumbuh mencapai 6,17 persen lebih tinggi dari nasional 5,17 persen. Selain itu, peran UMKM Jatim dalam perdagangan bebas MEA 2015 sangat penting. Di sektor ini, terdapat 11.117.439 tenaga kerja yang tersebar dalam 6.825.931 unit UMKM. Gubernur Jawa Timur Soekarwo juga pernah berpesan untuk itu pelaku UMKM tidak perlu takut menghadapi MEA karena momen ini bisa menjadi peluang besar bagi para pengusaha UMKM domestik. UMKM bisa menjadi senjata bagi Jatim utuk memenangkan kompetisi pada era perdagangan bebas mengingat produk UMKM rata-rata memiliki keunikan dan nilai seni tinggi berbasis kebudayaan lokal. Selamat berjuang menghadapi pasar bebas ASEAN. Semoga sukses, amin.... (*).

Pewarta:

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014