Tokyo, (Antara/Reuters) - Korban tewas akibat letusan terburuk gunung berapi Jepang dalam beberapa dasawarsa terakhir kemungkinan akan meningkat menjadi sekitar 46 orang setelah lebih banyak korban ditemukan di puncak yang tertutup abu, kata media, Rabu. Tim militer yang melakukan pencarian melanjutkan operasi pemulihan dengan helikopter pada Rabu pagi setelah gas beracun dan kekhawatiran terjadinya letusan lebih lanjut di Gunung Ontake. Tim tersebut membatalkan upaya penyelamatan sehari sebelumnya. Letusan dari gunung setinggi 3.067 meter (10.062 kaki) yang terletak 200 km (125 mil) di barat Tokyo itu menyebabkan puncak gunung diselimuti hujan abu dan batu mematikan saat jalur pendakian penuh sesak dengan pendaki, termasuk anak-anak. Personel militer menemukan sekitar 10 korban mengalami gangguan pernafasan pada Rabu, menurut laporan beberapa stasiun televisi lokal. Pemerintah Jepang sangat mungkin akan menanti sampai korban telah dibawa turun dari gunung dan diperiksa oleh dokter sebelum menyatakan kematian. Polisi Prefektur Nagano, yang menaungi sebagian dari gunung itu, mengatakan mereka tidak bisa mengkonfirmasi laporan tersebut. Jika dipastikan tewas, itu akan menambah jumlah pada 36 korban lain yang juga dikhawatirkan tewas di Gunung Ontake. Gunung berapi meletus secara berkala di Jepang, salah satu negara di dunia dengan seismik aktif paling aktif, tetapi tidak ada korban jiwa sejak tahun 1991, ketika 43 orang tewas akibat aliran piroklastik --aliran gas dan batu yang sangat panas-- di Gunung Unzen di barat daya negara itu. Jika jumlah korban tewas di Gunung Ontake naik di atas 43 maka itu akan menjadi letusan gunung berapi paling mematikan sejak 1926, menurut data di laman Badan Meteorologi Jepang. Gunung Ontake, gunung berapi aktif tertinggi kedua di Jepang, terakhir mengalami letusan kecil tujuh tahun yang lalu. Letusan besar terakhir, yang pertama pada catatan, pada tahun 1979. Para pendaki mengatakan tidak ada peringatan sebelum terjadinya letusan pada Sabtu sebelum tengah hari dan ratusan orang terperangkap selama berjam-jam sebelum turun. (*)

Pewarta:

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014