Surabaya (Antara Jatim) - Apoteker sebagai praktisi kesehatan berperan penting dalam memajukan layanan kesehatan yang ada di Indonesia terutama dalam mengedukasi konsumen dalam menangani penyakit yang mereka hadapi. Pengurus Daerah Ikatan Apoteker Indonesia Totok Sudjianto mengatakan, hal itu dilakukan dalam rangka mendukung pemerintah untuk meningkatkan layanan kualitas kesehatan di Indonesia secara menyeluruh. "Peningkatan pelayanan kesehatan Indonesia itu selaras dengan upaya pemerintah untuk meraih target kesehatan global yang dicanangkan oleh PBB yaitu 'Sustainable Development Goals" sebagi perpanjangan dari "Millenium Development Goals" yang akan berakhir pada tahun depan," katanya pada seminar yang bertajuk "Learn More about the Pain" di salah satu hotel di Surabaya, Sabtu. Ia mengatakan, tujuan dari seminar ini adalah untuk mengedukasi para apoteker mengenai masalah kesehatan yang kerap timbul di Indonesia terkait dengan pengendalian nyeri. "Kami melihat besarnya peluang apoteker dalam membuktikan peran mereka demi memajukan layanan kesehatan di Indonesia," katanya. Menurutnya, apotker memiliki peranan yang sangat penting dalam memberikan informasi tentang obat serta menjadi mitra dokter dalam menyediakan obat yang sesuai untuk kesembuhan pasien. Salah satu pemateri dalam seminar tersebut, dr Lita Diah Rahmawati SpPD KR yang menyoroti tentang pentingnya pengenalan dini pada nyeri menyebutkan jika nyeri tersebut terbagi dalam beberapa kategori. "Seperti nyeri nosiseptif yang didefinisikan sebagai nyeri akibat respon pada bagian tubuh atau jaringan akibat suatu kerusakan atau injury. Nyeri ini timbul akibat perangsangan pada nosiseptor oleh rangsang mekanik, termal dan kemikal. Contohnya adalah terbakar, jatuh, patah tulang," katanya. Selain itu, kata dia, juga ada nyeri neuropatik yang didefinisikan sebagai nyeri akibat injuri atau malfungsi dari sistem saraf perifer maupun sentral. Nyeri ini timbul akibat iritasi atau trauma pada syaraf dan nyeri serigkali peristen walaupun penyebabnya sudah tidak ada. Contohnya adalah post herpetic nerualgia, neuropathy diabetikum. "Sementara itu, yang ketiga adalah nyeri campuran adalah nyeri yang diakibatkan oleh campuran faktor nosiseptik dan neuropatik. Injury atau disfungsi sistem syaraf pada awal nyeri dapat mencetuskan peleyasan mediator inflamasi dan selanjutnya menyebabkan inflamasi neurogenik. Salah satu contohnya adalah sakit kepala, migrain, dan juga nyeri pinggang," katanya. Oleh karena itu, kata dia, nyeri perlu mendapatkan perhatian penting. Pengenalan nyeri yang baik merupakan kunci penatalaksanaan nyeri. Pengelolaan nyeri membutuhkan kerjasama semua pihak. "Dari hasil pemeriksaan intensitas nyeri diharapkan dapat melakukan tata laksana dengan baik dan dapat dipakai sebagai pedoman dalam memberikan terapi," katanya.(*)

Pewarta:

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014