Tulungagung (Antara Jatim) - Sejumlah penumpang mengeluhkan kenaikan tarif angkutan umum yang diberlakukan pihak perusahaan angkutan umum di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, karena dinilai terlalu besar sehingga membebani pengguna jasa angkutan darat tersebut.
Sunik, salah seorang penumpang jurusan Tulungagung-Blitar, Selasa mengatakan, tarif angkutan bus yang biasanya hanya dipatok Rp10 ribu kini naik menjadi Rp18 ribu.
Keluhan serupa disampaikan beberapa penumpang jurusan Tulungagung-Kediri yang kini harus merogoh kocek dua kali lipat dibanding sebelum kenaikan tuslah angkutan lebaran.
"Kami tahu ada kenaikan tarif setiap menjelang Lebaran, tapi biasanya tidak sebesar seperti sekarang sampai dua kali lipat tarif biasa," keluh Rahma, pegawai swasta, sesaat usai menaiki bus antarkota dalam provinsi (AKDP) jurusan Tulungagung-Surabaya.
Kepala Terminal Gayatri Tulungagung, Anggar Wicaksono membenarkan adanya kenaikan tarif antara 50-100 persen, terhitung mulai 21 Juli atau "H-7" Lebaran 1435 Hijriah.
"Aturannya berlaku mulai hari ini. Tetapi beberapa perusahaan otobus sudah lebih dulu menaikan tarif sebelum tanggal yang ditentukan. Tidak masalah, asalkan tidak ada yang komplain," ucap Anggar.
Anggar menjelaskan, sesuai ketentuan tarif bus nonekonomi jurusan Tulungagung-Surabaya yang semula dipatok normal Rp40 ribu per penumpang, kini naik 100 persen menjadi Rp80 ribu.
Sementara untuk penumpang dari Trenggalek jurusan Surabaya dikenai tarif Rp90 ribu dari semula hanya Rp40 ribu per orang, sama dengan harga tiket Tulungagung-Surabaya.
Untuk tarif bus patas atau nonekonomi ini, lanjut Anggar, pihaknya tidak bisa memberi batasan karena hal itu merupakan hak dari masing-masing perusahaan otobus.
"Tetap untuk bus ekonomi sudah ada batasan maksimalnya, yakni Rp31 ribu untuk satu kali perjalanan dari Tulungagung ke Surabaya atau sebaliknya," terang dia.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014