Mahasiswa yang dikenal sebagai kaum intelektual dan bakal menjadi salah satu motor penggerak bangsa tentunya memiliki harapan yang cukup besar terhadap calon pemimpin di negeri tercinta ini.
"Mahasiswa tidak ingin presiden yang terlalu banyak mengobral janji karena saat ini yang terjadi adalah perang opini yang dapat menyesatkan masyarakat, bukan sebaliknya mencerdaskan masyarakat," kata seorang mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Jember, Ferio Pristiawan Ekananda.
Menurut aktivis mahasiswa itu banyak yang harus dibenahi oleh presiden terpilih nantinya seperti sektor pendidikan, penegakan hukum, kesejahteraan masyarakat, perekonomian, pemberantasan korupsi, dan masih banyak lagi sektor yang menyangkut hajat hidup orang banyak.
"Sebagai mahasiswa tentu berharap masing-masing capres-cawapres memiliki program untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, namun akses pendidikan tersebut harus murah dan terjangkau bagi semua kalangan, terutama masyarakat menengah ke bawah," tuturnya.
Sejauh ini, lanjut dia, pendidikan masih tergolong mahal dan tidak sedikit perguruan tinggi negeri yang berlomba-lomba mendapatkan pemasukan yang cukup besar dari mahasiswa dengan kemasan yang terkesan tidak melanggar aturan.
"Memang banyak program pemerintah yang ditawarkan kepada masyarakat miskin seperti Bidik Misi untuk mahasiswa kurang mampu, namun realisasinya program itu terkadang tidak tepat sasaran dan menyebabkan uang negara dihabiskan dengan sia-sia," ucap mahasiswa jurusan Administrasi Negara semester delapan itu.
Pendidikan merupakan salah satu instrumen yang paling penting untuk meningkatkan kualitas dan sumber daya manusia (SDM), agar Indonesia menjadi negara yang disegani oleh dunia internasional dan memiliki prestasi yang luar biasa di kancah internasional.
"Memang tugas itu menjadi beban semua pihak dan tidak hanya pemerintah, namun sejauh ini peningkatan infrastruktur pendidikan di pelosok daerah masih terkendala anggaran dan pemerintah memiliki tugas penting untuk membenahi infrastruktur pendidikan di daerah terpencil itu," paparnya.
Selain itu, presiden yang terpilih nantinya harus berani dan tegas untuk memberantas korupsi yang semakin merajalela di Indonesia, serta penegakan hukum harus berjalan optimal, tidak tebang pilih karena masih banyak koruptor yang melenggang bebas.
"Pemberantasan korupsi harus menjadi prioritas pemimpin bangsa yang terpilih nanti untuk menyelamatkan uang negara dan memberikan kewenangan kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk lebih massif lagi mengusut tuntas kasus korupsi di daerah-daerah," kata aktivis PMII Jember itu.
Dengan harapan yang begitu besar terhadap calon presiden terpilih nanti, mahasiswa harus cerdas untuk memilih pemimpin yang tepat untuk lima tahun ke depan dan kaum intelektual itu tidak ingin tergiring oleh media yang tidak lagi berimbang dalam menyampaikan informasi.
"Golput bukan pilihan bijak karena satu suara sangat menentukan masa depan bangsa dan kami tentu akan memilih capres karena gagasan, visi, dan misinya, bukan obral janji dan provokasi kampanye hitam," tegasnya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014