Setiap hari Sabtu dan Minggu, pemandangan di dua jalur di wilayah Pagesangan arah ke Masjid Nasional Al Akbar, Surabaya, terlihat deretan penjual berbagai makanan, baik yang dijajakan dengan menggunakan mobil, sepeda maupun gerobak yang ditata rapi. Para pedagang mempunyai "feeling" yang kuat dimana dan kapan saat mereka akan memasarkan dagangannya. Di saat liburan, banyak warga yang menikmati jalan santai ke beberapa tempat hiburan, jalur-jalur menuju lokasi tersebut pasti banyak dikunjungi wisatawan. Salah satunya di Kawasan Masjid Al Akbar, jalan menuju ke masjid terbesar ke dua di Indonesia, itu pasti ramai dikunjungi warga yang ingin bersantai. Halaman yang luas di sekitar masjid, serta berbagai wahana permainan anak, membuat banyak warga menjatuhkan pilihan berjalan santai di sekitarnya. Banyak orang mengatakan bisnis kuliner cukup menjanjikan, karena setiap orang pasti membutuhkan makan. Modal dasar yang dikeluarkan tidak begitu besar tapi untung yang diraih cukup besar. "Seandainya tidak laku pun, masih bisa balik modal dengan cara dijual separuh harga atau bisa dikonsumsi sendiri," ungkap Malika, salah seorang pedagang makanan ringan di sebuah komplek perumahan Taman Pondok Jati, Sepanjang. Ia mengaku sehari-hari berjualan di kompleks perumahan, tapi setiap Sabtu dan Minggu ia "boyong" dagangannya ke tempat keramaian di sekitar Masjid Al Akbar itu. Malika tidak sendiri, karena banyak pedagang lainnya yang juga mengambil kesempatan mengais riziki di tempat yang sama. Seperti, penjual mpek-mpek, makanan khas Palembang, yang biasa mangkal di sebuah SD di kawasan Injoko, juga mencoba merebut hati para pembeli yang sedang berlibur. Tak kalah menarik perhatian, adalah penjual Nasi Madura Bu Siti. Nasi yang ditawarkan hanya dengan menggunakan sepeda ontel dan payung warna-warni, ternyata juga mampu merebut hati pembeli. Nasi Madura yang ditata di dalam keranjang itu cukup menarik perhatian karena dia memasang banner di depan sepedanya dengan tulisan yang cukup mencolok. Banner itu bertuliskan macam-macam lauk yang ada di dalam bungkusan nasi yang dikemas rapi itu. Hanya dengan harga Rp9.000 per bungkus, pembeli dapat menikmati rasa khas Nasi Madura Bu Siti yang pulen dan gurih itu dengan lauk empal empuk, udang goreng tepung, sambel goreng tempe, serundeng manis dan sambal. "Ciri khas nasi Madura itu pulen, karena proses masaknya unik. Salah satunya, nasi yang baru matang dari dandang itu harus diangkat diletakkan di sebuah tampah besar dan dikipasi sampai uap panas itu hilang, baru dibungkus," tuturnya. Konon nasi yang dibuat dengan cara seperti itu lebih awet, tidak mudah basi. Jenis nasi Madura memang banyak ragamnya, seperti Nasi Serpang dan Nasi jagung Madura dan lainnya. Tapi perlu dicatat, improvisasi dalam mengolah masakan harus diperhatikan, terutama kerapian dalam pengemasan yang paling banyak menarik pembeli, tapi yang pasti adalah rasa enak makanan tersebut yang membuat pembeli mencarinya untuk beli dan beli lagi. (*)

Pewarta:

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014