Lumajang (Antara Jatim) - LSM Laskar Hijau kerja sama dengan Muslim Aid menggelar simulasi dan pelatihan penanggulangan bencana di Gunung Lamongan, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, selama dua pekan di beberapa desa lereng gunung setempat, 15-24 Juni 2014. "Meningkatnya beberapa aktivitas gunung api mendorong kami untuk melakukan sosialisasi dan latihan pengurangan risiko bencana di beberapa desa yang terdekat dengan puncak gunung yang memiliki ketinggian 1.668 meter dari permukaan laut (mpdl) itu," kata Ketua LSM Laskar Hijau A'ak Abdullah Al-Kudus, Kamis. Beberapa hal pokok yang disampaikan kepada warga antara lain sosialisasi tentang karakter Gunung Lamongan, gerakan konservasi berbasis masyarakat, pelatihan penanggulangan bencana berbasis masyarakat, dan penanggulangan penderita gawat darurat. "Beberapa desa yang menjadi sasaran kegiatan penanggulangan bencana yakni Desa Sumber Petung-Kecamatan Ranuyoso, Desa Papringan-Kecamatan Klakah, dan Desa Salak-Kecamatan Randuagung," tuturnya. Sejauh ini, lanjut dia, pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lumajang belum melakukan sosialisasi dan penanggulangan bencana di lereng Gunung Lamongan karena pemerintah setempat lebih fokus terhadap Gunung Semeru yang memiliki ketinggian 3.676 mpdl. "BPBD belum melakukannya, maka masyarakat punya ruang untuk mengambil peran dalam hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana," ucap aktivis lingkungan itu. Menurut dia, pihaknya ingin membuka pemahaman masyarakat yang berada di sekitar Gunung Lamongan tentang manajemen bencana, konsep peredaman risiko bencana, manajemen risiko bencana berbasis masyarakat, penanggulangan penderita gawat darurat dan upaya-upaya peneyelamatan dari ancaman letusan gunung api. Gunung Lamongan pada kurun waktu 1799-1899 tercatat sebagai gunung paling aktif di pulau Jawa dan dikenal sebagai gunung yang unik karena meletusnya tidak di puncak tapi di lereng gunung, sehingga saat ini Gunung Lemongan memiliki 60 bekas letusan atau pusat eruspi vulkanik parasitik. Pada masa pra sejarah, bekas letusan yang terdiri dari kerucut vulkanik atau gunung-gunung kecil sebanyak 36 bukit dan cekungan besar sebanyak 24 buah, serta 13 cekungan tersebut terisi air yang kemudian oleh masyarakat disebut dengan Ranu (danau). "Saat ini Gunung Lamongan masih berstatus normal aktif dan dinyatakan istirahat selama 116 tahun, tetapi bukan berarti mati dan pernah mengalami letusan hebat pada tahun 1799, sehingga kami melakukan antisipasi sejak dini dengan melakukan sosialisasi penanggulangan bencana," katanya.(*)

Pewarta:

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014