Namanya UTC atau kepanjangannya adalah Ubaya Training Center, tapi UTC yang terletak di Trawas, Kabupaten Mojokerto itu tidak sepenuhnya menjadi Ubaya Kampus Trawas. Buktinya, tidak ada proses perkuliahan di UTC, bahkan pelatihan (training) khusus mahasiswa Ubaya pun tidak ada dalam keseharian di UTC yang berudara nan sejuk itu. Untuk mengenali sebenarnya mudah, sebab begitu tamu memasuki UTC di Lereng Gunung Penanggungan akan langsung menemukan kawasan tanaman obat-obatan keluarga alias toga. Selanjutnya, tamu akan mengetahui kolam yang di bagian tengah ada sel surya (solar cell) untuk penerangan lampu di kawasan kolam penampung air bagi kebutuhan UTC itu. Ada pula kawasan perkemahan dan lapangan permainan serta "outbond", bahkan kalau masuk ke dalam juga tidak hanya ada auditorium untuk pertemuan, melainkan ada "cottage" yang "green". "Cottage di sini ada yang mirip rumah panggung, rumah bersusun, dan barak, tapi semuanya memiliki saluran penampung tinja dan air kencing di bagian bawah," ucap instruktur UTC, Totok Ilham. Saluran yang disebut "Ecosan" atau "Ecological Sanitation" di UTC ada tujuh unit yakni di barak (1 unit), rumah panggung (2 unit), dan rumah bersusun (4 unit). "Tinja dan air kencing (urin) yang masuk ke Ecosan akan berproses selama enam bulan untuk menjadi pupuk organik," tutur Plan Development Ecosan, Khoirul Anam. Prosesnya adalah airnya akan disaring dengan "screen" sablon untuk dibuang ke tanah dan tersisa ampas padat yang akan menjadi pupuk organik mirip tanah biasa. "Bisa dipercepat menjadi tiga bulan dengan tambahan bakteri. Hasilnya, pupuk organik itu dipakai menyuburkan sawi, bayam, jagung, bayam merah, wortel, berbagai jenis bunga, dan sebagainya," tukasnya. Ya, UTC bukan khusus Ubaya dan UTC juga bukan sekadar kampus, melainkan UTS justru merupakan lokasi wisata plus. Boleh dikatakan bahwa UTC merupakan lokasi wisata alam plus pendidikan!. "Ada juga yang mirip itu di dekat sini (PPLH Seloliman atau Kaliandra), tapi konsepnya lebih bersifat model," papar Humas Ubaya Hayuning Purnama. Namun, UTC justru dalam skala praktik, karena itu sering jadi "jujukan" riset, seperti mahasiswa ITB. "Jadi, konsep hidup 'green' di UTC bukan hanya model, tapi praktik keseharian," urainya. Bahkan, ada serangkaian program wisata alam pendidikan yang ditawarkan selain program composing (ecosan), "happy farming", dan "outbond" yang ada. "Ada program kunang-kunang 'tour' yang menawarkan wisata flora dan fauna pada malam hari, seperti mengenali suara binatang malam, mengenali rasi bintang, mengenali gejala malam pada flora," tuturnya. Sebaliknya, program "bio-diversity" menawarkan wisata flora dan fauna pada siang hari hingga menikmati "Little Ubud" dengan sepeda. Atau, belajar bercocok tanam di sawah dan belajar memetik buah serta belajar beternak lebah. "Kalau pelajar dari kota seperti Jakarta tertarik untuk belajar bercocok tanam di sawah. Ada mentor khusus soal itu. Kalau pelajar dari kota lain tertarik pada 'kunang-kunang tour'," ujarnya. Atau, wisata "rappeling" (turun tebing) yang mendebarkan tapi mengasyikkan. Lokasinya agak jauh dari kawasan UTC yang luasnya 40 hektare, tapi peminat akan diantar dengan mobil khusus ke lokasi. "Itu uji nyali, kalau belum pernah akan berpikir macam-macam, tapi kalau sudah mencoba memang akan ada perasaan itu dalam sesaat dan seterusnya akan justru enjoy," ungkap warga Surabaya, Johan. (*).

Pewarta:

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014