Surabaya (Antara Jatim) - Sebanyak 101.200 ton gula hasil giling 2013 hingga kini masih tersimpan dan menumpuk di gudang milik PT Perkebunan Nusantara XI di berbagai daerah di Jawa Timur, karena belum bisa terjual ke pasar. Sekretaris Perusahaan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) XI Adig Suwandi kepada wartawan di Surabaya, Selasa, menjelaskan dari gula sebanyak itu, 66.521 ton adalah milik pedagang yang dititipkan, 32.957 ton milik PTPN XI dan sisanya 1.722 ton milik petani. "Mengingat pada minggu kedua dan ketiga Mei 2014 sebagian besar pabrik gula sudah mulai melaksanakan giling, manajemen PTPN XI memutuskan untuk mencari sewa gudang di luar," katanya. Salah satu gudang yang disewa adalah milik PT Kertas Leces, Probolinggo, untuk menampung gula produksi pabrik di sekitar wilayah tersebut, yakni dari PG Wonolangan, Gending dan Pajarakan. Menurut Adig, seretnya penjualan gula dipicu masih banyaknya stok yang beredar di pasaran, sehingga petani tebu dan pabrik gula meminta pemerintah untuk menata ulang ulang impor gula agar gangguan terhadap penetrasi pasar tidak terjadi. Sebagai informasi, Adig Suwandi mengungkapkan secara nasional hingga akhir April 2014, setidaknya masih terdapat 800.000 ton gula hasil giling 2013 yang tersimpan di gudang pabrik gula. "Dibanding stok nasional pada akhir 2013 sebanyak 1,2 juta ton, berarti dalam empat bulan stok gula hanya berkurang 400.000 ton atau 100.000 ton perbulan," tambah Senior Advisor Asosiasi Gula Indonesia (AGI) tersebut. Padahal, lanjutnya, dalam kondisi normal, tingkat serapan pasar terhadap gula lokal berkisar 220.000-250.000 ton perbulan. Bahkan, serapan itu bisa mencapai 300.000 ton pada hari-hari raya keagamaan. Untuk menjaga harga agar tetap menguntungkan dan memotivasi petani tebu untuk meningkatkan produktivitas tanaman serta melakukan ekspansi areal budidaya, Adig menyebut pengendalian stok menjadi pertaruhannya. "Persoalannya, harga gula terlanjur diserahkan kepada mekanisme pasar sehingga hukum ekonomi berlaku mutlak. Artinya, harga akan naik bila jumlah barang yang ditawarkan jauh lebih sedikit dibanding permintaan atau sebaliknya," paparnya. Terkait rencana impor gula sebanyak 328.000 ton yang dilakukan Perum Bulog, Adig Suwandi menambahkan kalau memang tidak dapat direalisasikan seluruhnya, sebaiknya juga tidak perlu dipaksakan. "Kalau impor dipaksakan hingga jumlahnya mencapai 328.000 ton dan masuk ke Indonesia saat musim giling, pasti akan mengganggu pemasaran gula lokal. Lebih baik Bulog ikut tender gula lokal dan kalau harga yang diberikan tertinggi, pasti Bulog menang dan sangat membantu petani," tambahnya. Sedangkan untuk impor gula kristal mentah (raw sugar), menurut Adig, sebaiknya rekomendasi dan izin impor hanya diberikan kepada industri gula rafinasi setelah ada kontrak pembelian dengan industri pengguna, agar produknya tidak merembes ke pasar eceran. (*)

Pewarta:

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014