Khartoum, (Antara/AFP) - Gubernur Darfur Utara Osman Kbir selamat dalam serangan setelah ia mengunjungi sebuah kota yang dikuasai singkat oleh gerilyawan, kata satu sumber yang mengetahui insiden itu, Minggu. "Ia baik-baik saja," kata sumber itu kepada AFP, setelah serangan Sabtu terhadap Gubernur Kbir, yang merupakan kekerasan terakhir yang menandai ketidakstabilan wilayah tersebut. Serangan itu berlangsung ketika ia kembali ke ibu kota negara bagian tersebut, El Fasher, setelah menilai keadaan di kota Mellit, lebih dari 50 kilometer ke arah utara, kata sumber yang tidak bersedia disebutkan namanya itu. Belum ada petunjuk mengenai siapa yang melancarkan serangan tersebut. Pusat Media Sudan (SMC) melaporkan bahwa Kbir, yang didampingi delegasi keamanan dan legislatif, mengunjungi daerah itu, namun tidak menyinggung-nyinggung terjadinya serangan. MSC memiliki kedekatan dengan badan keamanan Sudan. Kantor Berita SUNA pada Sabtu mengutip Kbir yang mengatakan, Mellit "sepenuhnya dikuasai angkatan bersenjata" setelah serangan oleh gerilyawan. Minni Minnawi, yang memimpin kelompok gerilya tentara Pembebasan Sudan, mengatakan kepada AFP, Kamis, pasukannya telah merebut kota itu. Menurut pasukan penjaga perdamaian internasional, "sejumlah personel militer dan warga sipil" menjadi korban setelah serangan pekan lalu terhadap pangkalan militer Sudan di Mellit. PBB mengatakan, lebih dari 300.000 orang tewas sejak konflik meletus di wilayah Darfur pada 2003, ketika pemberontak etnik minoritas mengangkat senjata melawan pemerintah yang didominasi orang Arab untuk menuntut pembagian lebih besar atas sumber-sumber daya dan kekuasaan. Pemerintah Khartoum menyebut jumlah kematian hanya 10.000. Sebanyak 1,4 juta orang berada di kamp-kamp pengungsi di Darfur setelah meninggalkan rumah mereka selama konflik di wilayah Sudan barat itu. Pemerintah Sudan menandatangani sebuah perjanjian perdamaian sponsoran Qatar dengan sebuah aliansi kelompok pemberontak pada 2011, namun kelompok-kelompok besar menolaknya. Kelompok gerilya utama Gerakan Keadilan dan Persamaan Hak (JEM) menolak perjanjian itu, yang ditandatangani Sudan dan Gerakan Keadilan dan Kebebasan (LJM), sebuah kelompok pemberontak lain di Darfur. JEM adalah satu dari sejumlah kelompok Darfur yang memberontak pada 2003 untuk menuntut otonomi lebih luas bagi wilayah barat yang gersang itu. Mereka kini dianggap sebagai kelompok pemberontak yang paling kuat di Darfur. Perpecahan di kalangan pemberontak dan pertempuran yang terus berlangsung menjadi dua halangan utama bagi perundingan perdamaian yang berlangsung sejak 2003 di Chad, Nigeria dan Libya, sebelum pindah ke Doha. Bentrokan-bentrokan antara pasukan Sudan dan gerilyawan masih terus berlangsung di Darfur meski misi penjaga perdamaian terbesar dunia UNAMID ditempatkan di wilayah Sudah barat itu. Misi PBB-Uni Afrika di Darfur (UNAMID), yang kini berjumlah 23.500 orang dan merupakan misi penjaga perdamaian terbesar di dunia, ditempatkan di Darfur, Sudan barat, sejak 2007 untuk berusaha mengakhiri permusuhan antara pemberontak dan pemerintah Sudan. (*)

Pewarta:

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014