Madiun (Antara Jatim) - Pemerintah Kota (Pemkot) Madiun menargetkan akan terbebas dari keberadaan balita penderita gizi buruk pada tahun 2015. "Harapan dan target kami, Kota Madiun harus "zero" kasus balita menderita gizi buruk pada tahun 2015," ujar Ketua Tim Penggerak PKK Kota Madiun, Ibu Lies Bambang Irianto. Selama lima tahun terakhir, Kota Madiun belum bersih dari kasus balita menderita gizi buruk. Data di Dinas Kesehatan setempat mencatat pada tahun 2009 ditemukan sebanyak 43 balita menderita gizi buruk (0,43 persen). Angka tersebut tidak berubah pada tahun 2010 yang tetap ditemukan sebanyak 43 kasus balita terkena gizi buruk (0,42 persen). Selanjutnya, pada tahun 2011 masih terdapat 22 kasus balita menderita gizi buruk. Tahun 2012 terdapat 26 kasus balita menderita gizi buruk dan tahun 2013 menurun hingga 12 kasus gizi buruk dari sebanyak 11.267 balita yang ditimbang. "Secara persentase, Kota Madiun sudah di bawah angka target Provinsi Jawa Timur dan nasional, yaitu gizi buruk di bawah 3,5 persen," tutur Lies. Guna mewujudkan target tahun 2015 terbebas dari kasus balita menderita gizi buruk, Tim Penggerak PKK Kota Madiun dan dinas terkait terus berupaya, di antaranya melakukan program pemberian makanan tambahan (PMT) kepada balita penderita gizi buruk dan balita berat badan bawah garis merah (BGM) selama satu tahun. Selain itu, tim yang ditunjuk juga selalu memantau status gizi dan penimbangan balita di posyandu, PAUD, TK, dan puskesmas. PMT juga diberikan pada balita yang dua kali penimbangan tidak naik berat badannya. Lies Irianto menerangkan, gizi buruk dan kurang gizi disebabkan oleh banyak faktor. Di antaranya disebabkan oleh tingkat ekonomi dari keluarga balita. Faktor ekonomi keluarga yang rendah sangat berpengaruh pada asupan gizi yang diberikan. Selain itu, gizi buruk juga disebabkan karena kesalahan pola asuh. Kasus gizi buruk di perkotaan lebih disebabkan karena kesibukan warga sehingga keaktifan ke posyandu rendah. Untuk saat ini, pihaknya lebih gencar lagi dalam memaksimalkan fungsi posyandu yang sangat berperan dalam memantau perkembangan kesehatan balita. Di posyandu, akan dilakukan penimbangan, pemberian vitamin A, pemantauan penggunaan garam beryodium, imunisasi, dan pemantauan pemberian ASI ekslusif selama enam bulan. "Dengan kegiatan tersebut, diharapkan balita yang menderita gizi buruk ataupun kurang gizi dapat terlacak dan segera tertangani," jelasnya. Pihaknya bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kota Madiun juga menugaskan para kader posyandu untuk turun langsung ke lapangan guna mendata, memantau, dan memberikan penyuluhan kesehatan balita di Madiun. Upaya nyata tersebut juga diwujudkan dengan terbentuknya Paguyuban Bilgis pada 12 November 2013. Paguyuban tersebut beranggotakan para ibu balita, ibu hamil, dan lansia untuk memantau gizi yang seimbang. Terdapat enam puskesmas yang melaksanakan kegiatan Paguyuban Bilgis, yakni Puskesmas Banjarejo, Demangan, Manguharjo, Patihan, Oro-Oro Ombo, dan Tawangrejo. Kegiatan Paguyuban Bilgis disepakati dilaksanakan setiap Bulan Mei dan September dengan tidak menutup kemungkinan bila ada masalah yang perlu didiskusikan bisa dilakukan sesuai kebutuhan. Dana Bertambah Keseriusan Pemkot Madiun dalam mewujudkan Kota Madiun bebas dari balita penderita gizi buruk tahun 2015 adalah, meningkatnya anggaran untuk program gizi setiap tahunnya. "Dana untuk kegiatan program gizi terus meningkat dari tahun 2009 hingga 2014. Hal itu untuk menekan angka gizi buruk di wilayah Madiun," ujar Wali Kota Madiun Bambang Irianto. Adapun, anggaran program gizi pada tahun 2009 hanya dialokasikan sebesar Rp260 juta. Tahun 2010 meningkat menjadi Rp367,65 juta dan tahun 2011 sebesar Rp265 juta. Selanjutnya, pada tahun 2012 meningkat menjadi Rp390 juta, tahun 2013 naik menjadi Rp758,3 juta, dan tahun 2014 dianggarkan sebesar Rp1 miliar. Rinciannya, kata dia, dana pengadaan bahan pemberian makanan tambahan untuk balita gizi buruk, balita berat badan bawah garis merah, dan ibu hamil kurang energi kronis (KEK) sebesar Rp954,4 juta. Sedangkan sisanya untuk pemantauan status gizi, diseminasi informasi survelians gizi, serta evaluasi perencanaan program gizi. Wali Kota Bambang Irianto berharap orang tua balita di Kota Madiun rutin ke posyandu, sehingga kondisi perkembangan kesehatan balitanya terpantau. Pada tahun 2013, tercatat tingkat partisipasi masyarakat yang memanfaatkan posyandu balita sebagai tempat penimbangan mencapai 90,86 persen. Selain itu, orang tua juga harus memperhatikan pesan umum gizi seimbang, di antaranya makan beraneka ragam, menggunakan garam beryodium, dan mengonsumsi makanan sumber karbohidrat untuk pemenuhan energi. Selanjutnya, batasi konsumsi minyak dan lemak hingga seperempat kebutuhan energi, pemberian ASI ekslusif, dan teliti mengonsumsi makanan berkemas dengan membaca labelnya. Wali Kota menilai, sebagai kepala daerah, ia beserta jajarannya bertanggung jawab untuk mewujudkan dan meningkatkan kesejahteraan warganya. (*)

Pewarta:

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014