Tulungagung (Antara Jatim) - Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Tulungagung, Suharno memrotes pementasan fragmen bernuansa pornoaksi dalam rangkaian seremoni peresmian Unit Kerja Terpadu P4GN (Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan Narkoba) oleh Badan Narkotika Kabupaten (BNK) Tulungagung, Jawa Timur, Senin. "Ada adegan yang tidak patut ditampilkan karena sebagian besar audiens adalah siswa sekolah dan masih di bawah umur," ujar Suharno, sesaat setelah meninggalkan kursi tamu dan melenggang keluar dari lokasi kegiatan di gedung olahraga kompleks Stadion Rejoagung, Tulungagung. Ia menyatakan, keputusannya untuk keluar dari dalam gedung tempat diselenggarakannya kegiatan merupakan bentuk protes atas pertunjukan yang bernuansa pornoaksi dan kurang mendidik bagi pelajar tersebut. Meski lakon dan tema yang dipentaskan secara keseluruhan cukup baik, ada beberapa adegan, nyanyian, serta dialog antara dalang dan tokoh-tokoh fragmen yang dinilai Suharno dan sejumlah penonton lain sebagai adegan seronok. Beberapa di antaranya adalah nukilan lagu dangdut yang berkonotasi pornografi oleh dalang fragmen, Kompol Dodi Eko Wijayanto. Aksi panggungnya yang beberapa kali memukuli bagian pantat pemain wanita di depan panggung dan disaksikan seribu lebih penonton dari berbagai kalangan, termasuk pelajar dan mahasiswa, menjadi sorotan pengunjung. Salah satu pemain perempuan yang memerankan sebagai Afriani, terpidana kasus narkoba yang menabrak 17 warga di Jakarta, bahkan beberapa kali menolak mengikuti nukilan lagu dangdut "mendem penthol" yang diplesetkan secara seronok. "Waduh, tidak ada dalam skrip (naskah) pak dalang, malu dintonton anak-anak SMP," kelit pemain wanita yang melakonkan diri sebagai Afriani itu mencoba mengelak. Namun, sang dalang masih mencoba menggiringnya menuntaskan lagu yang sama, hingga sang pemain menolak halus dengan mengatakan (kutipan lagu) tidak sesuai dengan hati nurani. Dikonfirmasi mengenai pementasan yang bernuansa pornoaksi tersebut, Kepala BNK Tulungagung, AKBP Rya Damayanti menyampaikan permintaan maaf. Ia berkilah adegan tersebut bersifat spontan dilakukan oleh pemain dengan maksud untuk mencairkan suasana serta memberi pelajaran pada masyarakat, khususnya para pelajar mengenai bahaya korupsi serta narkoba. "Untuk itu kami atas nama BNK menyampaikan minta maaf. Tapi maksud pementasan fragmen itu sebenarnya untuk memberikan pendidikan positif pada masyarakat," ucapnya usai acara. Sedikit berbeda, Kepala Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Timur, Brigjen Pol Iwan A Ibrahim yang turut hadir dalam peluncuran unit kerja terpadu P4GN Tulungagung menyatakan pementasan itu jauh dari pornoaksi maupun pornografi. Menurutnya, beberapa adegan spontan yang dimainkan dalang serta pemain masih dalam batasan wajar serta koridor seni. "Saya kira itu masih bagian dari seni. Dia (dalang) ingin memberi pelajaran mengenai dampak buruk budaya korupsi dan narkoba memukul (bagian belakang pemain) menggunakan botol air mineral," kilahnya. Pementasan fragmen itu dimainkan oleh kelompok seni fragmen Bhayangkara Budaya asal Kediri. Kelompok seni budaya tradisional yang telah disadur dengan teater kontemporer itu dipimpin oleh seorang perwira polisi, Kompol Dodi Eko Wijayanto. Dalam pertunjukannya, ia memulai dengan mementaskan seni tarian dengan koreografi kontemporer, dilanjutkan dengan menampilkan beberapa parodi tokoh-tokoh korupsi yang pernah dan sedang ditangani lembaga Komisi Pemberantas Korupsi (KPK), seperti Anas Urbaningrum, Ratu Atut Chosiyah, Wawan, Nazarudin, Luthfi Hasan Ishaq, Ahmad Fatanah, hingga Angelina Sondakh.(*)

Pewarta:

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014