Surabaya (Antara Jatim) - Penanganan korban bencana erupsi Gunung Kelud (1731 mdpl) yang berada di perbatasan tiga kabupaten di Jawa Timur, yaitu Kediri, Blitar, dan Malang yang nisbi baik, agaknya tidak lepas dari peran strategis yang dimainkan jajaran TNI dan Polri. Paling tidak, jajaran TNI mampu menembus kawasan terisolasi lahar di Malang dan menembus bibir kawah gunung dari jarak tak kurang dari 200 meter untuk meyakinkan bahwa aktivitas gunung Kelud benar-benar sudah turun. Sementara itu, jajaran Polri juga sangat memantau dan mengusir warga yang mungkin karena ketidaktahuannya justru masuk ke lokasi rawan dalam jarak kurang dari 5 kilometer di kawasan gunung api tersebut, sehingga jiwa mereka terselamatkan. Bantuan kepada warga yang terisolasi lahar dilakukan Satgas Gabungan TNI AL Penanggulangan Bencana Alam dengan melontarkan tali untuk merancang semacam "flying fox" dari lokasi aman ke lokasi terisolasi itu, bahkan juga membuat jembatan kayu untuk warga. Tindakan cepat dari jajaran TNI itu membuat penyaluran bantuan untuk korban Kelud di Dusun Laharpang, Desa Puncu, Kecamatan Puncu, Kabupaten Kediri, dapat terlaksana, di antaranya bahan logistik, selimut, handuk, kebutuhan balita, dan sebagainya. Bantuan ke dusun yang terdiri dari sepuluh RT dengan jumlah 470 Kepala Keluarga itu diserahkan langsung oleh Komandan Satgas Gabungan TNI AL Kolonel Marinir Bambang Sutrisno kepada Ketua RT 01 RW 01, Sarwan. Tentu, kedatangan Dansatgas beserta rombongan itu disambut dengan antusias oleh warga, bahkan ada yang meneteskan air mata karena terharu, sebab selama ini belum pernah mendapatkan bantuan dari organisasi atau perorangan dalam jumlah yang besar, karena kondisi terisolasi. Apalagi, Dusun Laharpang adalah daerah terisolasi, karena posisinya paling dekat dengan kawah dan dampaknya paling parah dibandingkan dengan daerah yang lain yang berada di daerah Kediri. Tidak kalah heroik adalah belasan prajurit Korps Marinir TNI AL dibawah pimpinan Letkol Marinir Irpan Nasution yang menyusuri lereng Gunung Kelud hingga menembus di bibir kawah gunung yang beberapa hari yang lalu memuntahkan jutaan meter kubik material vulkanik. "Penyusuran dilakukan dengan tujuan untuk meyakinkan bahwa aktivitas gunung Kelud benar-benar sudah turun," tutur Letkol Mar Irpan Nasution. Menurut Komandan Batalyon Komunikasi dan Elektronika-1 (Danyon Komlek-1) Korps Marinir TNI AL itu, hal itu dapat mematahkan isu yang berkembang di masyarakat sekitar gunung yang memiliki ketinggian 1.731 meter itu tentang akan adanya gas beracun dan wedus gembel, sehingga isu tersebut sudah terjawab dan masyarakat lebih tenang. "Saya akui, selama dua jam saya bersama tim berada pada jarak 200 meter dari kawah Gunung Kelud, tercium bau belerang yang sangat menyengat, itupun bila kebetulan ada angin yang sedang mengarah ke tim kami yang ingin melihat langsung dari dekat keberadaan pusat letusan Gunung Kelud," ujarnya. Kegiatan yang dilakukan bersama 12 prajurit Korps Marinir TNI Angkatan Laut dan dua personel dari Basarnas itu dilakukan dengan menggunakan dua unit mobil Ford Ranger dan satu unit sepeda motor trail yang berakhir dengan berjalan kaki. Sejak pukul 07.30 WIB hingga 10.15 WIB dengan titik terakhir pemantauan dari kawah Gunung Kelud berjarak tak kurang dari 200 meter. Letkol Marinir Irpan Nasution menambahkan meskipun status Gunung Kelud telah diturunkan, pihaknya mengharapkan masyarakat tetap waspada terhadap adanya hujan lahar dingin dari Gunung Kelud, terutama bagi masyarakat yang tinggal di bantaran sungai. "Kita semua tetap harus berhati-hati terhadap kemungkinan adanya lahar dingin," ucap Dansatgas Marinir Penanggulangan Bencana Erupsi Gunung Kelud Letkol Marinir Irpan Nasution. "Woro-woro" Polisi Tidak kalah dengan jajaran TNI, jajaran Polri dari Polda Jatim dan Polres Kediri, Blitar, Malang, dan sekitarnya juga tidak hanya mengerahkan personel siaga bencana. "Kami tidak hanya mengirimkan personel pengamanan, kami juga telah mengirimkan bantuan bahan makanan sebanyak lima truk," tutur Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Awi Setiyono. Bahkan, pengiriman bantuan sebanyak lima truk itu diberangkatkan langsung oleh Wakapolda Jatim Brigjen Pol Suprodjo WS dari Mapolda Jatim pada 18 Februari lalu. Sebelumnya, Polda Jatim menyiapkan seribu personel terlatih untuk siaga bencana, yakni polisi yang berkualifikasi SAR (search and rescue), yang siap membantu masyarakat yang tertimpa bencana, seperti banjir, longsor, dan gempa. "Seribu personel yang berkualifikasi SAR itu antara lain satu kompi (SSK) Brimob, satu kompi Sabhara, dan satu peleton (SST) Polair," kata Wakapolda Jatim Brigjen Pol Suprodjo WS di Mapolda Jatim (16/12). Khusus bencana Kelud, petugas Polres Kediri patroli juga berusaha mencegah warga mendekati kantung lahar pascaerupsi Gunung Kelud (1.731 mdpl) yang ada di Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. "Kami patroli, 'woro-woro', agar warga kembali ke tempat yang aman. Kami juga siapkan armada mengangkut mereka," ujar Wakil Kepala Polres Kediri Kompol Alfian Nurrizal (19/2). Pihaknya menyebut sejumlah warga nekat pulang ke rumahya, walaupun saat ini status Gunung Kelud masih Awas, padahal tempat tinggal mereka berada di daerah rawan bencana erupsi gunung tersebut. Ia menyatakan ancaman lahar hujan juga terus mengintai. Pada Selasa (18/2) malam, intensitas hujan cukup tinggi, yang mengakibatkan lahar hujan melanda. Hal itu nampak di Kecamatan Kandangan, Kabupaten Kediri. Bahkan, petugas juga menutup sementara jembatan Damarwulan, Desa Damarwulan, Kecamatan Kepung, Kabupaten Kediri. Jembatan itu menghubungkan Kediri dengan Malang. Tiga bangunan diketahui terendam banjir lahar hujan, dua rumah warga serta sebuah mushala. Tingkat ketinggian banjir mencapai 1,5 meter. Ia mengatakan rumah warga yang terendam banjir lahar hujan itu memang cukup dekat dengan bibir Kali Konto, yang merupakan salah satu kantung lahar Gunung Kelud, hanya sekitar 10 meter saja. Selain patroli warga yang pulang ke rumah, ia juga meminta agar warga yang rumahnya dekat dengan kantung lahar untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman, terlebih lagi saat curah hujan tinggi. Gunung Kelud mengalami erupsi, setelah sebelumnya terjadi gempa tremor sampai enam jam pada Kamis (13/2) malam. Gunung itu dinyatakan erupsi pada pukul 22.56 WIB, setelah statusnya naik dari semula waspada menjadi awas. Akibat erupsi tersebut, menghancurkan bangunan baik bangunan sekolah ataupun rumah warga dan mengharuskan sekitar 66 ribu warga terdampak mengungsi. Sampai saat ini pun, warga yang meninggal dunia tercatat empat jiwa, meski isu yang berkembang ada tujuh orang. Atas semua bantuan jajaran TNI dan Polri itu, warga desa merasa bersyukur. Begitu senangnya, ada beberapa ibu dan anaknya tidak mau turun dari kendaraan, padahal sudah sampai di depan rumahnya, misalnya Nuri Handayani (21). Ibu satu anak ini tetap bertahan di truk Marinir TNI AL yang mengangkutnya hingga Desa Mendalan dengan jarak 7 km dari dusunnya. (*)

Pewarta:

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014