Surabaya (Antara Jatim) - Peserta Konvensi Calon Presiden dari Partai Demokrat Hayono Isman tidak sepakat bahwa korupsi merupakan sebuah budaya di bangsa ini. "Meski banyak yang tertangkap dan seolah jadi budaya, saya tidak sepakat korupsi disebut budaya," ujarnya ketika ditemui di sela debat kenegaraan konvensi di Grand City Surabaya, Kamis. Menurut dia, sebuah kebiasaan tertentu belum tentu menjadi sebuah budaya. Apalagi, kebiasaan berupa korupsi yang merugikan semua warga dan negara. Tidak itu saja, korupsi juga merupakan tindak pidana yang wajib dihukum seberat mungkin. Ia berharap, saat ini masyarakat Indonesia kembali mengangkat budaya yang berhubungan dengan kearifan lokal, salah satunya kesenian tradisional. "Di Jatim, budaya-budaya seperti itu tidak boleh luntur. Salah satunya menghidupkan kembali tembang tradisional. Dari sana, kita bisa memasukkan mental antikorupsi melalui budaya kearifan lokal," katanya. Pada kesempatan yang sama, mantan Menteri Pemuda dan Olahraga tersebut justru menilai bahwa bangsa ini kehilangan budaya bahari dan budaya bertani. "Hal ini karena nelayan dan petani dianggap sebagai pekerja kelas rendahan. Ini yang salah dan budaya bahari maupun bertani harus dihidupkan. Mari membuktikan bahwa nelayan dan petani adalah pekerjaan mulia dan berjasa luar biasa," katanya. Hilangnya kedua budaya ini, lanjut Anggota Dewan Pembina DPP Partai Demokrat tersebut, membuat Indonesia kehilangan jati dirinya sebagai bangsa agraris dan maritim. Karena itulah pihaknya berharap kepada pemerintah untuk lebih memperhatikan nelayan dan petaninya. Jika tidak, kata dia, maka banyak kekayaan laut, seperti ikan dicuri, karena budaya bahari yang hilang. "Sekarang justru posisi nelayan kita kalah. Posisi nelayan tidak kuat akan mudah dimasuki asing. Tanpa dukungan pemerintah, sulit nelayan untuk bangkit," katanya. (*)

Pewarta:

Editor : Akhmad Munir


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014