Banyuwangi (Antara Jatim) - Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menjadikan kekayaan seni budaya daerahnya sebagai perekat harmoni sosial sekaligus pengungkit kegiatan ekonomi mulai dari industri kreatif skala rumahan hingga industri besar. Kepada Antara Jawa Timur, Selasa, Anas mengatakan berbagai ajang wisata berbasis seni budaya telah mampu menjadi corong promosi bagi kabupaten berjuluk "The Sunrise of Java" tersebut. Menurut ia, kekayaan seni budaya memang menjadi salah satu keunggulan Banyuwangi, selain panorama alam yang memukau. Bahkan, seni budaya ibaratnya telah menjadi "agama kedua" di Banyuwangi dengan beragam kesenian unggulan, seperti gandrung, kuntulan dan angklung paglak. "Beragam seni budaya itu menegaskan tradisi berkesenian di Banyuwangi yang telah lama hidup. Para pelajar juga aktif berkesenian melalui kegiatan ekstrakurikuler," ujarnya. Untuk mewadahi kegiatan berkesenian tersebut, Gelanggang Seni Budaya Banyuwangi selalu dipenuhi ratusan warga yang menonton pertunjukan rutin dari sanggar-sanggar, yang diberi kesempatan tampil secara bergiliran setiap akhir pekan. Anas menjelaskan berbagai ajang wisata dikreasi untuk semakin mendongkrak pamor seni budaya Banyuwangi. "Selain tentu saja akan berdampak pada pendapatan daerah dan komunitas lokal karena kegiatan budaya yang dikemas bagus bisa mendatangkan wisatawan dan menggerakkan ekonomi lokal," tambahnya. Hal tersebut sudah terbukti pada pelaksanaan "Banyuwangi Festival 2013 yang menampilkan beragam seni budaya khas dari kabupaten di ujung timur Pulau Jawa tersebut. Pada tahun ini, Pemkab Banyuwangi akan melanjutkan kesuksesan ajang Banyuwangi Festival itu. "Kami sudah melakukan evaluasi dan survei terhadap pelaksanaan Banyuwangi Festival 2013. Kami ukur tingkat partisipasi dan kepuasan masyarakat sebagai bahan pembenahan agar pelaksanaan tahun 2014 semakin bagus," tambah Anas. Bupati yakin kreasi ajang wisata yang bagus tidak lantas membuat akar budaya lokal tercerabut. Contohnya pada perhelatan "Banyuwangi Ethno Carnival 2013" yang mengambil tema "Kebo-Keboan" untuk menggambarkan budaya agraris masyarakat setempat. "Ini (BEC) secara tidak langsung bukan hanya menampilkan soal seni budaya, tapi juga kesejahteraan ekonomi masyarakat di bidang agraris," tutur Anas. Selama ini, Banyuwangi dikenal sebagai salah satu lumbung pangan di Jawa Timur dan produksi berasnya setiap tahun surplus sekitar 200.000-250.000 ton. (*)

Pewarta:

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014