Pamekasan (Antara Jatim) - Memasuki musim hujan 2014 ini dua jenis penyakit, yakni chikungunya dan leptospirosis menyerang warga di dua kabupaten di Pulau Garam Madura, dan menjadi perhatian serius pemkab setempat. Chikungunya terjadi di Kabupaten Pamekasan, sedangkan leptospirosis di Kabupaten Sampang, pascabanjir yang melanda kota itu selama tiga hari berturut-turut. Di Pamekasan penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamauk aedes aegypti ini pertama kali ditemukan di dua desa, yakni Desa Lancar, Kecamatan Larangan dan Desa Sokalelah, Kecamatan Kadur. Sebanyak 31 orang dengan berbagai jenis usia secara tiba-tiba mengaku terserang penyakit nyeri dengan suhu badan panas tinggi hingga mencapai 39 derajat celcius. "Hampir seluruh persendian ini terasa nyeri," kata warga Desa Sokalelah, Kecamatan Kadur, Pamekasan, Ny Suhriyah saat menceritakan jenis penyakit aneh yang menimpa keluarganya sejak tiga hari lalu. Selain seluruh persendiannya terasa nyeri, suhu badannya juga panas," kata perempuan dua anak itu. Suhriyah sendiri merupakan satu dari puluhan warga di Desa Sokalelah yang terserang jenis penyakit aneh itu. Akibatnya, perempuan yang kesehariannya sebagai buruh tani tersebut tidak bisa beraktivitas sebagaimana biasanya. sekujur tubuhnya terdapat bintik-bintik merah, mirip seperti penyakit gatal-gatal. Warga mengaku dirinya sejauh ini belum memeriksakan penyakit yang dideritanya itu, baik ke puskesmas maupun ke rumah sakit, karena mereka menganggap merupakan jenis penyakit biasa yang terjadi saat pergantian musim. "Biasanya kalau hanya panas dikerok saja cukup dan biasanya sembuh. Tapi yang sekarang ini justru tidak mempan dikerok," kata warga lain, Ny Sanima. Jenis penyakit yang sama juga dialami puluhan warga di Desa Lancar, Kecamatan Larangan Pamekasan. Sebagaimana yang dialami warga Desa Sokalelah, Kecamatan Kadur, Pamekasan, puluhan warga di desa ini mengaku menderita penyakit yang sama. "Saya sudah dua hari ini tak bisa banyak bergerak. Karena pesediaan serasa kaku. Jika digerakkan justru rasanya nyeri," kata warga di desa itu, Mohammad Yuhyi. Kepala Dinas Kesehatan Pamekasan Ismail Bey, mengatakan jika dilihat dari gejalanya, jenis penyakit yang diderita warga Desa Sokalelah, Kecamatan Kadur dan Desa Lancar, Kecamatan Larangan itu kemungkinan chikungunya. Chikungunya merupakan penyakit sejenis demam virus yang disebabkan alphavirus yang disebarkan oleh gigitan nyamuk dari spesies Aedes aegypti. Lakukan Penelitian Dinkes Pamekasan, akhirnya menerjunkan tim guna melakukan surveilans epidemiologi di dua desa yang warganya dilaporkan menderita nyeri tulang dan diduga terserang penyakit cikungunya. Surveilans epidemiologi adalah kegiatan yang dilakukan petugas medis untuk melakukan analisa berupa pengumpulan data, interpretasi data kesehatan, dan evaluasi aktivitas kesehatan, lalu kemudian dilakukan diseminasi sehingga langkah efektif pencegahan penyakit bisa dilakukan. Dengan cara itu, maka jenis penyakit yang banyak menyerah warga akan diketahui secara akurat dan kemudian bisa diobati secepatnya. Hasilnya, warga di dua desa yang mengaku terserang nyeri dengan suhu tubuh panas itu, memang terserang penyakit chikungunya. "Bahkan berdasarkan laporan petugas medis kami di kecamatan, chikungunya tidak hanya terjadi di Kecamatan Larangan dan Kecamatan Kadur, namun juga di Kecamatan Pademawu," kata Kepala Bidang Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinkes Pamekasan Rusli Saleh. Di Desa Pademawu, Kecamatan Pademawu, terdapat 17 orang warga yang positif terserang chikungunya, bahkan satu diantaranya adalah dokter Puskesmas Pademawu yang bernama dokter Muzammil. Belakangan, jenis penyakit ini juga merambah di dua kecamatan lain, yakni di Kecamatan Pakong dan Kecamatan Kota, Pamekasan. Menurut Rusdi Saleh, jenis penyakit chikungunya ini sebenarnya tidak tergolong jenis penyakit yang mematikan. Penderita hanya membutuhkan waktu istirahat yang cukup. Hanya saja, pihaknya memandang perlu untuk melakukan langkah taknis. Salah satunya dengan melakukan pengasapan di sekitar lokasi penderita untuk memberantas mata rantai berkembang biaknya nyamuk yang menjadi penyebab terjadinya penyakit chikungunya. Meski banyak warga yang terserang jenis penyakit ini, akan tetapi Dinkes menyebutkan kejadian itu sebagai kejadian luar biasa (KLB). Disamping karena tidak berbahaya, juga karena jenis penyakit itu juga bisa sembuh dengan sendirinya meski tanpa pengobatan dengan cara istirahat yang cukup. "Hanya yang perlu diwaspadai adalah nyamuknya. Karena jenis nyamut yang menjadi penyebab chikungunya sama dengan nyamuk yang menjadi penyebab terjadinya damam berdarah dengue (DBD)," katanya. Atas dasar itulah, maka Dinkes kemudia melakukan langkah antisipatif dengan melakukan pengasapan dan membagikan abate kepada semua warga. Selain chikungunya, jenis penyakit yang terjadi di Pulau Garam Madura sejak musim hujan kali ini dan perlu diwaspadai masyarakat adalah lepstospirosis, yakni jenis penyakit yang mudah menular di tempat yang lembab, seperti di lokasi banjir dan penyebabnya kencing tikus. . 27 Penderita Kepala Dinkes Sampang Firman Pria Abadi mengatakan, sejak musim penghujan ini, jumlah penderita leptospirosis di Kabupaten Sampang mencapai 27 orang. Jumlah itu terus bertambah, mengingat sebelumnya warga yang dinyatakan menderita leptospirosis hanya 11 orang. Menurut Firman, warga sebanyak 27 orang yang dinyatakan positif menderita jenis penyakit mematikan itu, setelah pihaknya melakukan uji laporatorium kepada 43 orang yang dicurigai menderita leptospirosis. "Dari 43 orang itu, 60 persen diantaranya positif menderita lepstospirosis dan mereka langsung mendapatkan perawatan medis di RSUD Sampang," katanya menjelaskan. Kabupaten Sampang merupakan kabupaten yang masuk kategori endemik dalam kasus ini. Sebab penyakit lepstospirosis di Sampang sudah dua kali terjadi sepanjang kurun waktu 2013 hingga Januari 2014. Pada Mei 2013, sebanyak sembilan orang meninggal dunia akibat terserang jenis penyakit yang disebabkan oleh kencing tikus tersebut dari total jumlah penderita sebanyak 98 orang, sedangkan pada musim hujan kali ini sebanyak 1 orang. Penyakit leptospirosis di Sampang biasanya terjadi setelah banjir, karena jenis penyakit ini memang mudah menular di tempat yang lembab. Menurut Firman Pria Abadi, kasus leptospirosis yang terjadi di Kabupaten Sampang ini menjadi perhatian serius pemerintah, baik pemkab Sampang, Pemprov Jatim maupun pemerintah pusat. Saat kasus pertama terjadi, pada Mei 2013, Kementerian Kesehatan RI bahkan turun secara langsung ke Kabupaten Sampang, melakukan penelitian, serta upaya pencegahannya. "Satu-satunya cara yang kami lakukan, adalah mencegah warga untuk berendam di air keruh saat banjir. Karena kan dari aliran banjir itu kencing tikus menyebar dan apabila mengenai kulit warga yang terluka dari sana kemudian virus menyebar," katanya menjelaskan. Firman menjelaskan, lepstopirosis merupakan satu dari berbagai jenis penyakit yang biasa terjadi di musim hujan. Jenis penyakit lainnya yang juga perlu diperhatikan adalah demam berdarah, diare dan ispeksi pernapasan akut (Ispa). (*)

Pewarta:

Editor : FAROCHA


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014