Surabaya (Antara Jatim) - Sejumlah pemerhati satwa di Kota Surabaya meminta pihak kepolisian setempat segera mengusut matinya seekor singa jantan koleksi Kebun Binatang Surabaya yang tidak wajar pada Selasa (7/1). Pakar hukum lingkungan dari Unair, Dr Suparto Wijoyo, Rabu, mengatakan pihaknya mendesak agar segera dilakukan investigasi yang melibatkan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSD) dan pihak kepolisian untuk membuktikan bahwa kematian satwa di sana itu secara wajar atau tak wajar. "Saya sangat kaget dan sedih melihat masih banyaknya kematian hewan di KBS. Jika tidak dihentikan, maka KBS akan menjelma menjadi Kebun Bangkai Surabaya," katan Suparto yang juga pernah menjadi pengurus KBS dan pihak penengah ketika terjadi konflik internal KBS beberapa tahun lalu. Seharusnya, lanjut dia, ketika terjadi pemindahan pengelolaan KBS dari perkumpulan ke Pemkot Surabaya lewat PD Taman Satwa KBS, pihaknya berharap KBS semakin maju dan hewannya tambah sejahtera. Kenyatannya, justru kematian satwa semakin banyak. "Ada apa ini? Pemkot Surabaya, baik wali kota maupun direksi PD KBS, harus memberikan perhatian lebih pada KBS. Saya tidak ingin KBS hanya dijadikan ikon, namun tidak mendapatkan perhatian," katanya. Menurut dia, Direksi KBS saat ini harus belajar soal konservasi satwa. Tujuannya agar mengelola KBS itu secara benar sehingga kematian satwa bisa dihindari. Selain itu perlu pengembangan KBS di luar kawasan Wonokromo, semisal untuk penangkaran bisa dilakukan di Kawasan Jurang Kuping, satwa laut bisa dipindahkan ke Wonorejo. "Pola desentralisasi ini dilakukan agar hewan bisa bergerak bebas. Sekarang ini hewan di sana hidup tak layak karena berdesak-desakan," katanya. Pemerhati satwa Singky Soewadji menyatakan banyak kematian satwa di KBS yang dirasakan tidak wajar, di antaranya adalah kematian singa jantan dalam posisi gantung diri. "Masak ada singa mati dengan cara gantung diri?," kata Singky Soewadji yang juga mantan Kepala Staf Presiden South East Asian Zoos & Aquaria Association (SEAZA). Ia menambahkan kematian singa di KBS kali ini jelas tidak wajar. Maka sudah selayaknya polisi turun tangan. "Dan saya yakin, pasti ada tersangka, minimal karena lalai sehingga mengakibatkan satwa liar yang dilindungi mati. Maka keeper, head keeper, kurator sampai manager konservasi harus diperiksa secara intensif. Minimal ada tersangka yang terjerat karena kelalaian, entah di sengaja atau tidak," tegasnya. Ia menegaskan lagi ini bukan delik aduan sehingga polisi dan polisi hutan (Polhut) bisa kerja sama mengungkap kejahatan konservasi di Lembaga Konservasi (LK). "Masyarakat konservasi dunia sudah lama ramai-ramai mengecam Indonesia, khususnya KBS, Apakah kita harus tetap diam?" cetusnya. Ketua DPRD Kota Surabaya M. Machmud mengatakan pihaknya menduga singa KBS mati karena sengaja digantung oleh pegawai sisa manajemen lama yang tidak suka dengan manajemen baru. "Pembunuh singa harus digantung. Polisi rasanya mudah mencari pelaku. Ini pasti orang dalam," katanya. Ia mengatakan tidak mungkin orang luar yang melakukan pembunuhan terhadap singa tersebut. "Mana ada orang luar yang berani mendekati singa, mana ada orang luar yang mengetahui posisi kandang singa," katanya. Untuk itu, lanjut dia, pihaknya siap mendukung upaya polisi untuk mencari pelaku pembunuhan singa tersebut. Humas KBS Agus Supangkat mengatakan singa tersebut mati bukan karena terkena penyakit, melainkan mati karena lehernya terjerat sling atau tali terbuat dari baja yang digunakan sebagai penarik pintu kandang. "Petugas menemukan singa ini dalam kondisi sudah mati di kandangnya sekitar pukul 07.00 WIB. Kemungkinan singa itu terjerat sling saat malam hari," katanya. (*)

Pewarta:

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014