Surabaya (Antara Jatim) - Keterlambatan relokasi pipa gas "Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore/PHE WMO" merugikan kalangan pengusaha di Jawa Timur hingga mencapai Rp1,7 triliun per bulan. Wakil Ketua Umum Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Kadin Jatim, Nelson Sembiring di Graha Kadin Jatim di Surabaya, Selasa mengungkapkan, pipa gas yang melintang di "crossing" I Kilometer Poin (KP) 35-36 dan "crossing" II di KP 44-46 Alur Pelayaran Barat Surabaya (APBS) milik eks. PT Kodeco Co Energi Ltd yang sudah dinaungi PT Pertamina PHE WMO telah menyebabkan kapal besar tidak bisa masuk. Bahkan, harus sandar di Singapura. "Padahal, arus barang yang masuk ke Jatim dan Indonesia bagian Timur sebanyak 70 persen melalui jalan laut," ungkapnya. Idealnya, jelas dia, mereka tidak hanya berbicara kalau dipindahkan pemerintah akan rugi triliunan rupiah. Apalagi, sampai sekarang kerugian pengusaha tidak ada yang menghitung. "Selain itu, pipa yang dialiri gas tersebut sangat membahayakan masyarakat karena bisa meledak kapan saja," ucapnya. Sementara, Ketua Komite Tetap Bidang Migas Kadin Jatim, Widiyasa menambahkan, pengerjaan pemindahan pipa itu membutuhkan waktu sekitar satu tahun dan memerlukan teknologi tinggi, menyusul lokasi pipa memang melintang di daerah karang sepanjang 11 kilometer. "Namun tender yang dilakukan tidak menjelaskannya dan tanpa data sehingga wajar jika tender itu bisa dimenangkan hingga sekitar Rp3,7 triliun. Tapi sesuai hitungan kami, kalau melihat kerumitan dan tingginya risiko maka biaya yang dibutuhkan untuk merelokasi pipa sepanjang 23 kilometer itu mencapai sekitar Rp55 triliun atau sekitar 50 juta dolar AS," tuturnya. Di sisi lain, kata dia, awalnya jadwal pemindahan pipa gas mulai dilaksanakan oleh PT Rekin sebagai pemenang tender pada September 2013. Bahkan, PT Rekin telah melakukan survei walaupun akhirnya dihentikan karena perusahaan itu dianggap tidak memenuhi persyaratan administrasi. "Kondisi ini harus diperjelas dan segera direlokasi seiring tahun 2015 Indonesia harus masuk pada era bebas pasar Asia. Lalu, tahun 2020 pelabuhan Indonesia akan dikoneksikan secara langsung dengan 50 pelabuhan di seluruh Asia," ujarnya. Menyikapi keterlambatan relokasi pipa tersebut, Kepala Humas Pelindo III (Persero), Edi Priyanto mengemukakan, keprihatinannya. Ia berharap pelaksanaan pemindahan jalur pipa gas itu bisa cepat selesai. "Apabila pipa gas itu dibiarkan saja akan mengganggu arus kapal yang masuk di pelabuhan perak," tegasnya.(*)

Pewarta:

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013