Mojokerto (Antara Jatim) - Pengembangan pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH) Seloliman, Mojokerto sampai saat ini terkendala oleh keterbatasan sumber daya manusia (SDM). "Apalagi, mayoritas masyarakat di sana berasal dari kalangan menengah bawah dan tingkat pendidikan mereka juga rendah seperti hanya lulusan sekolah dasar," kata Pengelola PLTMH Seloliman, Suroso, ditemui di Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) Mojokerto, Minggu. Ia menyebutkan, secara umum di kawasan tersebut ada empat dusun dengan total keseluruhan warga mencapai 900 kepala keluarga. Dari ratusan keluarga itu sebanyak 27 persennya kondisi rumah mereka belum mampu dijangkau PLN. "Bahkan, 40 persen dari 27 persen tersebut adalah masyarakat yang ekonominya di bawah rata-rata sehingga tidak mungkin menikmati listrik PLN," ujarnya. Meski begitu, jelas dia, pembangunan PLTMH yang terdapat dua instalasi dalam skala kecil tersebut sangat didukung adanya potensi sumber daya alam yang besar yakni air. Keberadaan sumber air yang melimpah di sana bisa dimanfaatkan sebagai energi listrik untuk kebutuhan masyarakat Desa Seloliman. "Selain itu didorong oleh dukungan pemerintah, masyarakat, dan lembaga swasta. Walau begitu keberadaan PLTMH yang memakai sistem irigasi pertanian ini berguna bagi masyarakat berekonomi rendah sehingga bisa jadi perluasan lapangan kerja," katanya. Terkait penerapan tarif listriknya, tambah dia, penerangan rumah tangga memberlakukan Tarif Dasar Listrik (TDL) 10 persen di bawah TDL PLN. Ketentuan itu diterapkan kepada pengguna listrik yang termasuk Kelas R1 (450 watt). Pemanfaatan listrik PLTMH yang hanya 20 persen dipakai masyarakat itu juga dinikmati sejumlah pelaku Industri Rumah Tangga seperti aneka makanan olahan baik kering maupun basah. "Sementara sisa 80 persen listrik justru kami jual ke PLN. Masalah harga, kami selalu intai harga PLN, ya kalau naik maka harga listrik di sini ikut direvisi," katanya. (*)

Pewarta:

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013