Malang (Antara Jatim) - Pengamat pendidikan Universitas Negeri Malang Prof Dr I Nyoman Degeng menyatakan kondisi pendidikan bangsa Indonesia saat ini sedang "sakit jiwa". "Krisis pendidikan kita saat ini bukan saja sebagai masalah normatif. Ini adalah fenomena kejiwaan dan pendidikan kita tengah sakit jiwa," tegasnya ketika berbicara dalam "Refleksi Akhir Tahun Fakultas Pendidikan dan Ilmu Keguruan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Malang" (UMM) di Malang, Jatim, Jumat. Ia mencontohkan, sekarang ini sedang marak rasa tidak percaya terhadap segala sesuatu. Kebiasaan guru maupun dosen dalam pembelajaran adalah mencari yang salah, bukan mencari yang benar. Pekerjaan dosen dan guru selama ini adalah mengoreksi tugas peserta didik, padahal mengoreksi itu adalah pekerjaan yang mencari-cari kesalahan. Dan, pada akhirnya, rasa curiga itu menyebar pada tiap dimensi hidup masyarakat dari semua lapisan. Polisi curiga pada pengemudi kendaraan bermotor, atasan curiga pada bawahannya, orang tua curiga pada anaknya, demikian pula rakyat curiga pada pemimpinnya. "Itu gara-gara guru terbiasa ngajari siswa jadi sosok penuh curiga," ujar Nyoman. Nyoman juga membandingkan dengan Finlandia sebagai negara yang dikenal memiliki kualitas pendidikan nomor satu di dunia. Di negara itu, interaksi antarindividu senantiasa didasarkan atas rasa saling percaya. Lebih lanjut, Nyoman mengatakan, selain rasa tidak percaya dan saling curiga, fenomena kejiwaan lain yang menjangkiti bangsa ini adalah perasaan mudah bimbang serta gampang khawatir dan tidak sabaran. Sebenarnya, katanya, filosofi pendidikan di negeri ini sudah sangat bagus, apalagi jika diimbangi dengan jiwa yang sehat pula, maka tuntaslah masalah pendidikan bangsa. Sementara itu pakar kebudayaan UMM Dr Arif Budi Wurianto menambahkan setiap orang adalah guru. Seorang atasan guru bagi bawahannya, seorang pejabat guru bagi rakyatnya, seorang ayah guru bagi anaknya. Untuk menjamin itu semua, kata Arif, harus punya jiwa yang sehat dan karakter yang kuat, sebab setiap apapun yang dilakukan, pasti berpengaruh pada orang-orang di sekitarnya. "Selama ini pendidikan kita kurang menyentuh sisi humanis itu," tandasnya. Sedangkan dosen FKIP UMM Dr Hartono mengatakan sebenarnya yang menjadi problem utama pendidikan bangsa Indonesia bukan lagi soal konsep dan filosofinya. "Secara paradigmatik, pendidikan kita sudah tuntas, yang belum beres itu praktiknya dan orang-orangnya," ucapnya, menegaskan.(*)

Pewarta:

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013