Surabaya (Antara Jatim) - Masyarakat diminta lebih cermat dalam mengonsumsi makanan, terutama yang mengandung gula, garam, dan lemak, guna menghindari risiko penyakit tidak menular yang saat ini menjadi salah satu penyebab kematian, kata pakar kesehatan. Direktur Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM) Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan dr. Ekowati Rahajeng, S.K.M., M.Kes. di Surabaya, Selasa, mengungkapkan bahwa hasil penelitian menyebutkan PTM sangat terkait dengan konsumsi gula, garam, dan lemak. Adapun PTM dimaksud meliputi hipertensi (darah tinggi), penyakit jantung, diabetes melitus, kanker atau tumor, radang sendi, dan stroke. "Sekitar 24,5 persen penduduk Indonesia mengonsumsi garam secara berlebih, sementara konsumsi gula berlebih dilakukan lebih kurang 12,8 persen penduduk," jelasnya saat paparan media bertema "Cermati Konsumsi Gula, Garam, dan Lemak serta Baca Label Kemasan Makanan". Menurut Ekowati, pola konsumsi masyarakat Indonesia yang memang menyukai makanan manis, asin, dan berlemak. Hasil Susenas 2009 mencatat tingkat konsumsi gula sekitar 23,8 persen, garam 5,7 persen, dan lemak 64,7 persen. Ia menambahkan bahwa konsumsi gula berlebihan berisiko meningkatkan asupan kalori atau pengeluaran energi menurun sehingga berkontribusi untuk menaikkan berat badan dan kegemukan, selanjutnya memicu terjadinya sindroma metabolik dan akhirnya menjadi diabetes melitus. Garam yang dikonsumsi berlebih, menurut dia, bisa berimbas pada jumlah natrium dalam sel yang meningkat dan menganggu keseimbangan cairan dalam sel, yang dampaknya mengecilkan diameter pembuluh darah arteri sehingga jantung harus memompa darah lebih kuat dan meningkatkan tekanan darah. "Kondisi ini yang kemudian membuat kerja jantung lebih berat dan orang berisiko mengalami serangan jantung hingga stroke," tambahnya. Adapun mereka yang konsumsi lemaknya tinggi, lanjut dia, bisa memunculkan penyempitan pada pembuluh darah koroner yang membawa pengaruh serangan jantung dan stroke. Ekowati Rahajeng menyebutkan bahwa kematian akibat PTM setiap tahun cenderung meningkat, bahkan angkanya sudah lebih tinggi dari kematian yang disebabkan penyakit menular, yakni 59,5 persen berbanding 28,1 persen. PTM yang menjadi penyebab kematian, antara lain hipertensi (31,7 persen), jantung (7,2 persen), kanker atau tumor (4,3 persen), dan diabetes melitus (1,1 persen). Pada kesempatan itu, Head of Nutrifood Research Center Susana mengatakan bahwa masyarakat bisa mencermati label yang terdapat pada produk kemasan untuk memastikan konsumsi gula, garam, dan lemak yang seimbang dan tidak berlebih. Sesuai dengan ajuran Balai Pengobatan dan Makanan (BPOM), setiap produk kemasan sudah mencantumkan label nilai gizi dan komposisi bahan yang terdapat dalam setiap kemasannya. "Dari informasi itu bisa diketahui berapa kalori dari masing-masing makanan kemasan yang dikonsumsi. Itu salah satu upaya untuk mencermati kadar gula, garam, dan lemak yang akan dikonsumsi guna menghindari risiko PTM," paparnya. (*)

Pewarta:

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013