Madiun (Antara Jatim) - Polres Madiun, Jawa Timur, mengamankan lebih dari lima orang anggota salah satu perguruan pencak silat di wilayah setempat karena diduga memicu bentrok dengan warga saat konvoi seusai melakukan kegiatan Suran Agung, Minggu. "Ada lima orang yang diamankan. Mereka dicurigai sebagai pihak-pihak yang melakukan provokasi hingga terjadi bentrok dan pelemparan. Nanti di polres akan diperiksa lebih lanjut apakah terbukti atau tidak," ujar Kapolres Madiun AKBP Rahmad Setiyadi kepada wartawan. Bentrok antara pesilat dengan warga yang diduga juga merupakan pesilat dari perguruan lain tersebut terjadi saat konvoi ribuan pesilat dari perguruan Persaudaraan Setia Hati (PSH) Tunas Muda Winongo berlangsung di Jalan Raya Madiun-Surabaya, tepatnya Desa Bagi, Kecamatan Madiun, Kabupaten Madiun. Diduga karena dihadang dan dilempari batu dari orang tak dikenal, maka kedua kubu tersebut terlibat aksi saling serang dan lempar batu. Beruntung petugas Polres Madiun, Brimob, dan TNI yang diterjunkan langsung menghalau bentrokan dengan melakukan "sweeping" terhadap sejumlah pesilat. Polisi langsung mengamankan sejumlah pesilat yang diduga sebagai pemicu bentrokan. Untuk memberikan efek jera, petugas kepolisian juga melucuti pakaian para pesilat yang ditangkap dan kemudian membawanya ke Mapolres Madiun. Dari tangan oknum pesilat tersebut, polisi juga berhasil menyita sejumlah pentungan, batu, dan juga ketapel. Polisi juga melakukan "sweeping" di sejumlah titik lokasi guna memburu massa lain yang melakukan penghadangan terhadap konvoi para pesilat tersebut. Selain membuat warga sekitar panik, bentrok antarpesilat tersebut juga menyebabkan arus lalu lintas Madiun-Surabaya macet hingga tiga kilo meter lebih. Sementara, di Kota Madiun, konvoi pesilat Persaudaraan Setia Hati (PSH) Tunas Muda Winongo juga diwarnai dengan tindakan perusakan motor milik seorang pengguna jalan di kawasan simpang lima Jalan Diponegoro. Tanpa sebab yang jelas, puluhan dari ribuan pesilat yang konvoi tiba-tiba merusak motor milik Fajar warga Ngawi yang sedang berboncengan dengan temannya. "Korban adalah warga biasa, bukan pesilat. Korban sudah dimintai keterangan di mapolsek. Sedangkan konvoi pesilat terus melanjutkan perjalanan keluar Kota Madiun. Kami masih selidiki kasus ini," kata Kapolsek Kartoharjo Kompol Hery Sucahyo di lokasi. Selain itu, seorang pesilat Persaudaraan Setia Hati (PSH) Tunas Muda Winongo bernama Andreas, juga menjadi korban pelemparan batu oleh orang tak dikenal saat ia dan pesilat lainnya melakukan konvoi di Jalan Soekarno-Hatta Kota Madiun. Andreas terpaksa menjalani perawatan di RSUD Kota Madiun karena patah tulang bahu. Berdasarkan pengakuan korban, ia tiba-tiba didekati oleh orang tidak dikenal yang langsung melemparnya dengan batu yang telah dibungkus tas plastik. Ia berharap agar kepolisian melakukan penyelidikan atas kasus pelemparan orang tak dikenal tersebut dan menindak tegas pelakunya. "Kami sangat menyayangkan kejadian pelemparan tersebut. Aksi pelemparan oknum itu terkesan sengaja karena batu yang digunakan untuk melempar telah dibungkus plastik," ujar Ketua PSH Tunas Muda Winongo Ranting Taman, Didik Subiyanto. Seperti diketahui, Suran Agung telah menjadi tradisi tahunan sebagai peringatan lahirnya aliran pencak silat Setia Hati (SH), tepatnya pada Jumat Legi, 10 Muharam atau Suro 1323 H atau 1903 Masehi. Seiring waktu, Suran Agung juga menjadi tradisi silaturahmi antarpesilat PSH Tunas Muda Winongo dari Madiun, Ngawi, Magetan, Ponorogo, Pacitan, dan sekitarnya untuk berkumpul di pusat padepokan yang berada di Jalan Doho, Kelurahan Winongo, Manguharjo, Kota Madiun. Tahun ini peserta Suran Agung berkurang drastis menyusul kesepakatan dari Paguyuban Pencak Silat Madiun dan larangan Polda Jatim untuk melakukan kegiatan dengan jumlah peserta yang banyak karena rawan konflik antarpesilat. (*)

Pewarta:

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013