Surabaya (Antara Jatim) - Sebanyak 15 seniman yang merupakan kawan almarhum seniman Surabaya, Gombloh, mendukung pagelaran musik bertajuk "Tribute to Gombloh" di Parkir Timur Delta Plasa Surabaya, 27 November mendatang.
"Masing-masing seniman dari Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Bali, dan sebagainya itu akan tampil membawakan tiga lagu yakni dua lagu karya sendiri dan satu lagu karya Gombloh," kata inisiator 'Tribute to Gombloh' Sawung Jabu di Surabaya, Kamis.
Didampingi anak Gombloh, Remi, dan beberapa kawan almarhum seperti Nanil C Yakin, "Bos" Samsul, dan Henky Kurniadi, ia mengaku bahagia bisa menggelar "Tribute to Gombloh" untuk mengenang kawannya yang begitu mencintai negaranya secara sederhana lewat musik.
"Gombloh itu bukan seniman biasa, ia merupakan inspirator dan saksi zaman, ia tidak sekadar mencipta musik, tapi ia menjalankan keyakinan lewat musik, ia bukan hanya milik Surabaya, tapi milik Indonesia, bahkan dunia," katanya.
Baginya, dua lagu Gombloh bertajuk "Kebyar-Kebyar" dan "Lestari Alamku" merupakan lagu kebangsaan yang diperdengarkan pada setiap Hari Kemerdekaan dari Istana Negara hingga kampung-kampung. "Almarhum bicara tentang lingkungan tidak mengarang, ia mengalami," katanya.
Oleh karena itu, pagelaran musik "Tribute to Gombloh"dalam dua panggung dengan tata soundsystem berkekuatan 60 ribu watt dan tata lighting berkekuatan 80 ribu watt itu bukanlah kultus individu, melainkan penghormatan atas jasa-jasanya kepada bangsa dan negaranya.
Belasan rekan almarhum yang akan menjadi pengisi acara itu antara lain Sangkakala (Yogyakarta), Anak Ganjil (Bali), Ayu Laksmi dan Svara Semesta (Bali), Oppie Andaresta (Jakarta), Roy Jeconiah (Jakarta), Devadata (Surabaya), Blingsatan (Surabaya), Macan (Surabaya), Cacak (Surabaya), Monic n The Geek Boys (Surabaya), Ovalenz (Surabaya), Sekaring Jagat (Surabaya), dan sebagainya.
Senada dengan itu, kawan Gombloh yang juga penggerak kebudayaan, Hengky Kurniadi, menegaskan bahwa 15 seniman yang tampil tanpa kepentingan komersil sama sekali, bahkan ada seniman Bali yang datang dengan mencari sponsor sendiri untuk bisa tampil dalam pentas itu.
"Pentas ini sebenarnya cita-cita lama pada tujuh tahun silam, tapi baru kesampaian sekarang. Ini semua bukti solidaritas seniman kepada almarhum yang sangat solider kepada kawannya dan egaliter dengan tetangga dan masyarakat Surabaya. Ungkapan 'tai kucing rasa cokelat' itu asli Suroboyo," tandasnya.
Selain itu, pentas kali ini merupakan "utang" dirinya kepada almarhum yang meminta dipotret bersama keluarganya. "Pentas ini akan diusahakan untuk memotret kehidupan beliau dari kawan-kawan dan karya-karyanya," kata kawan Gombloh yang juga pengusaha dan ketua Percasi Jatim itu.
Baginya, "kebesaran" almarhum Gombloh itu ditentukan dua hal yakni perilaku dan karya. "Solidaritas kepada kaum jelatah dan kesalehan sosial dalam lirik Hongwilaheng membuktikan 'kebesaran' hingga orang yang mengantar ke makam mencapai satu kilometer lebih," katanya.
Tidak hanya itu, karya almarhum juga membuktikan "kebesaran" Gombloh, terbukti dari "Kebyar-Kebyar" yang menasional dan bahkan mendunia. "Kalau kita nyanyikan bersama-sama, lagu Kebyar-Kebyar bisa membuat merinding, almarhum begitu mencintai negaranya, apapun yang terjadi dengan negaranya. Itu pembelajaran buat kita," katanya.
Dalam kesempatan itu, keluarga almarhum Gombloh mengaku terharu dengan pagelaran itu, bahkan beberapa rekan band dari almarhum pun bercerita sambil terisak. "Beliau sangat mencintai negara ini tanpa mengharap penghargaan, beliau berbuat apa adanya," kata Suli, rekan Gombloh dari grup band 'Lemon Trees' itu. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013