Surabaya (Antara Jatim) - Indonesia diyakini kalangan pengusaha di Tanah Air sebagai pasar potensial terutama bagi pebisnis ritel seiring kian meningkatnya daya beli masyarakat terhadap berbagai barang keperluan sehari-hari yang tersedia di sejumlah gerai modern. "Sesuai studi MasterCard, jumlah rumah tangga di Indonesia pada tahun 2012 mencapai 61.627.499. Angka tersebut diperkirakan menjadi 64.457.568 pada tahun 2017 atau meningkat sebesar 0,9 persen per tahun," kata "Country Manager MasterCard Indonesia", Irni Palar, dihubungi dari Surabaya, Kamis. Selain itu, jelas dia, pertumbuhan jumlah rumah tangga tersebut bersamaan dengan jumlah pengeluaran rumah tangga di Indonesia. Apabila tahun 2012 pengeluaran rumah tangga di Indonesia mencapai 436,9 juta dolar AS maka pada tahun 2017 diproyeksikan menjadi 569 juta dolar AS. "Jumlahnya meningkat sebesar 30,2 persen dibandingkan pengeluaran rumah tangga secara nasional pada tahun 2012," ujarnya. Di sisi lain, tambah dia, jumlah penduduk sekitar 237 juta jiwa dengan total konsumsi tahunan mencapai Rp3.600-an triliun menjadikan mereka menjadi pasar menjanjikan untuk peritel nasional. "Besarnya konsumsi masyarakat yang disertai perubahan tren belanja masyarakat Indonesia dari metode pembayaran dengan menggunakan uang tunai menjadi pembayaran secara elektronik, merupakan salah satu faktor pendorong bagi kami," katanya. Khususnya, sebut dia, saat merealisasi kerja sama antara MasterCard Indonesia dan Lotte Mart Indonesia pada program "Smart Weekend Shopping". Hal itu sesuai komitmennya untuk memberikan manfaat lebih kepada kepada para pemegang kartunya di Indonesia. Bahkan, juga diharapkan mempercepat lahirnya "cashless society" seiring program pemerintah di Indonesia. "Dengan tingginya tingkat kepercayaan pelanggan di Indonesia terhadap situasi ekonomi nasional dan tren meningkatnya penggunaan kartu elektronik oleh pelanggan, kami yakin bahwa program ini bisa menarik minat masyarakat," katanya. Apalagi, lanjut dia, saat ini pelanggan Indonesia termasuk dalam jajaran negara yang memiliki tingkat kepercayaan pelanggan yang relatif tinggi bersama negara-negara berkembang lainnya. Seperti India, China, Filipina, dan Myanmar. "Dengan nilai 81 indeks poin, Indonesia berada di posisi ketiga setelah Myanmar (96 indeks poin) dan India (82 indeks poin)," katanya. (*)

Pewarta:

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013