Surabaya (Antara Jatim) - Wakil Ketua I Asosiasi Pengusaha Pengolahan dan Pemasaran Produk Perikanan Indonesia/AP5I, Johan Suryadarma, menyatakan, saat ini udang yang dipanen oleh beberapa peternak di Indonesia kian diminati pasar ekspor. "Kondisi itu karena udang di dalam negeri diakui banyak negara sudah terbebas dari beragam penyakit yang membahayakan," katanya, di Surabaya, Selasa. Pengakuan tersebut, ungkap dia, ikut mempengaruhi kenaikan volume udang yang dikirim ke sejumlah negara. Sementara, produksi udang Thailand justru mengalami penurunan sekitar 50 persen disebabkan terkena penyakit "EMF". "Kini produksi udang di Tanah Air mampu mencapai 250.000 ton per tahun," ujarnya. Lalu, jelas dia, kebutuhan udang untuk sektor industri pengolahan sebanyak 400.000 ton per tahun. Dari angka produksi tersebut dominasi 40 persen dikontribusi provinsi Jawa Timur. "Meski begitu, jika dikalkulasi kami justru mencatat kebutuhan udang di Indonesia lebih dari 400.000 ton per tahun," katanya. Situasi itu, tambah dia, karena volume tersebut disaat utilitas pabrik hanya terpakai 50 persen dari keseluruhan kapasitas terpasang. Di sisi lain, peluang perluasan pasar ekspor semakin terbuka. "Contoh, di Amerika bisa mencapai 550.000 ton per tahun, Eropa 470.000 ton per tahun, dan Jepang mencapai 200.000 ton per tahun," katanya. Dengan demikian, imbau dia, mulai sekarang Indonesia harus mampu meningkatkan produksi udang. Tujuannya, mengambil pasar mereka lebih besar. "Upaya yang bisa dilakukan yakni menerapkan transformasi ilmu," katanya. Di samping itu, lanjut dia, menambah pengetahuan tentang bagaimana cara budidaya tambak udang yang baik, cara menjaga lingkungan, dan memilih benur. "Bahkan menyeleksi pakan dan mempertimbangkan jumlah benur yang disebar di masing-masing tambak," katanya.(*)

Pewarta:

Editor : FAROCHA


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013