Surabaya (Antara Jatim) - Universitas Surabaya (Ubaya) menjalin kerja sama riset dengan National Pingtung University of Science and Technology (NPUST) yang merupakan universitas unggulan di Taiwan dalam bidang teknologi agrikultur. "Universitas kami sekarang menempati posisi 32 di dunia dalam 'Green Metric'," kata pimpinan Hubungan Internasional NPUST Dr Henry Chen dalam paparan menjelang penandatanganan kerja sama Ubaya-NPUST di International Village Ubaya, Jumat sore. Ketika mendampingi Presiden NPUST Prof Yuan-Kuang Guu, ia menjelaskan pihaknya memiliki 29 pusat riset dan pelatihan dengan tiga keunggulan yakni "tropical agriculture", "bio technology", dan "green technology". "Kami senang menjalin kerja sama dengan Ubaya, baik pertukaran mahasiswa dan dosen maupun penelitian bersama. Menurut kami, isu agrikultur yang penting dipecahkan bersama di masa depan adalah food, energy, dan water," katanya. Senada dengan itu, Rektor Ubaya Prof Joniarto Parung PhD kepada Antara menyatakan pihaknya memang ingin bekerja sama dengan NPUST dalam bidang riset, namun kerja sama itu akan dilakukan antarfakultas dalam satu bidang. "Misalnya, kalau di Ubaya adalah Fakultas Teknik, maka kerja sama dengan NPUST juga dengan Fakultas Teknik. Atau, Fakultas Bioteknologi Ubaya dengan Fakultas Bioteknologi NPUST," katanya. Didampingi Direktur "Tan Chong for Asian Management Study Centre" Ubaya, Gunawan PhD, ia menjelaskan kerja sama riset akan dilakukan antarmahasiswa S2 Ubaya dengan mahasiswa S2 NPUST. "Tapi, Program Magister (S2) Teknik/Bioteknologi di Ubaya masih akan dibuka pada tahun depan, karena itu kerja sama ini sifatnya rintisan yang akan diwakili dengan dosen dan mungkin juga dengan mahasiswa S1," katanya. Bagi Ubaya, kerja sama NPUST itu sangat penting, karena mereka memiliki pusat-pusat riset dan pelatihan yang memungkinkan terjadi alih teknologi kepada mahasiswa Ubaya. Setelah menerima kedatangan tim dari NPUST, Rektor Ubaya Prof Joniarto Parung PhD menerima kedatangan Direktur NESO Belanda, Marvin Bakker. "Selama ini, kami sudah memiliki kerja sama dengan NESO yang merupakan lembaga pemerintah Belanda di bidang 'software edukasi', bahkan empat mahasiswa kami sudah magang di Belanda, tapi kedatangan mereka kali ini menawarkan studi lanjut (S1/S2)," katanya. Hingga kini, Ubaya sudah menjalin kerja sama dengan berbagai universitas dan lembaga internasional dari berbagai negara, di antara Prancis, Belanda, AS, Australia, China, Thailand, dan Taiwan. Sebelumnya (5/9), ITS menerima kehadiran 31 mahasiswa asing dari berbagai negara guna mengikuti program internasional dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti) yakni Darmasiswa (program beasiswa bagi mahasiswa asing untuk belajar bahasa dan kebudayaan Indonesia). (*)

Pewarta:

Editor : Endang Sukarelawati


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013