Surabaya (Antara Jatim) - Pabrik bioetanol yang dibangun PT Perkebunan Nusantara X (Persero) di Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, segera berproduksi dalam waktu dekat setelah proses pembangunannya selesai.
Direktur Utama PTPN X (Persero) Subiyono ketika dihubungi wartawan di Surabaya, Senin, menjelaskan pabrik bioetanol yang memiliki kapasitas produksi 30 juta liter per tahun itu, rencananya diresmikan pengoperasiannya pada Selasa (20/8).
"Peresmian pabrik rencananya dihadiri Menteri BUMN Dahlan Iskan, Dirjen Basis Industri Manufaktur Kementerian Perindustrian Panggah Susanto dan Presiden NEDO (New Energy and Industrial Technology Development Organization) Jepang Kenji Kurata," ucapnya.
Subiyono mengatakan pembangunan pabrik bioetanol merupakan kerja sama antara NEDO Jepang dengan Kementerian Perindustrian. NEDO memberikan hibah melalui Kementerian Perindustrian, yang selanjutnya dikerjasamakan dengan PTPN X.
Total investasi pembangunan pabrik bioetanol mencapai Rp461,21 miliar dengan skema pendanaan terdiri dari hibah NEDO Jepang Rp150 miliar dan dana PTPN X sebesar Rp311,21 miliar.
Adapun bioetanol yang dihasilkan pabrik yang terintegrasi dengan Pabrik Gula Gempolkrep, Mojokerto, ini mempunyai "fuel grade" dengan tingkat kemurnian 99,5 persen atau produk etanolnya sangat ramah lingkungan.
"Semoga pendirian pabrik model yang mengintegrasikan produksi bioetanol dengan pabrik gula ini bisa berkontribusi dalam upaya meningkatkan penggunaan bahan bakar terbarukan di Tanah Air," tambah Subiyono.
Ketua Ikatan Ahli Gula Indonesia (Ikagi) itu, menambahkan bioetanol tersebut menggunakan bahan baku tetes tebu (molases) yang merupakan produk samping dari PG Gempolkrep, Mojokerto.
"Teknologi baru yang akan diterapkan dalam proyek ini diharapkan dapat mengurangi penggunaan bahan bakar minyak bumi dan memberikan nilai tambah lebih tinggi kepada industri gula di Indonesia," tuturnya.
Menurut Subiyono, pabrik bioetanol itu memiliki makna strategis bagi industri gula nasional, karena bisa menjadi pilihan untuk diversifikasi produk turunan tebu.
"Dengan demikian, industri gula tidak hanya mengandalkan komoditas gula semata yang harganya sering bergerak tidak menentu," ujarnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013